Purwokerto (ANTARA) - Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Dr. Anjar Nugroho dan puluhan wartawan yang bertugas di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menyerukan perdamaian pasca-Pemilu Serentak 2019.
Seruan perdamaian tersebut disampaikan Rektor UMP dan wartawan dalam kegiatan Deklarasi Damai Pasca-Pemilu Serentak 2019 yang digelar di depan Kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin sore.
"Meskipun masih terdapat hambatan dan kekurangan, kami menyatakan Pemilu 2019 telah berjalan dengan demokratis, lancar, dan damai," kata Rektor UMP Dr. Anjar Nugroho saat membacakan naskah deklarasi damai.
Ia mengimbau masyarakat untuk tetap bersabar dan tidak boleh terprovokasi oleh berita hoaks sampai diumumkannya hasil pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum.
Menurut dia, masyarakat harus menerima hasil Pemilu Serentak 2019 dengan adil, jujur, dan penuh tanggung jawab sebagai wujud demokrasi.
"Mari kita wujudkan kembali kerukunan dan kedamaian yang kita miliki untuk tetap merawat Indonesia untik Indonesia yang lebih baik. Rektor UMP bersama wartawan untuk Indonesia," katanya.
Saat ditemui wartawan usai deklarasi, Anjar mengatakan sebagai bagian dari bangsa Indonesia, pihaknya merasa terpanggil untuk membantu bangsa ini khususnya pascapemilu karena tampak sekali benih-benih konflik yang cukup tajam di masyarakat.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya merasa bertanggung jawab, peduli, dan ingin menyatakan bahwa Pemilu Serentak 2019 sebenarnya telah berlangsung dengan damai dan demokratis.
"Walaupun kami tidak menutup mata bahwa di sana-sini terdapat kekurangan dan kecurangan. Mari kekurangan dan kecurangan itu bisa kita selesaikan secara konstitusional, ada mekanisme untuk melapor ke Bawaslu. Kalau memang belum puas ke Bawaslu, nanti hasil pemilu jika menyisakan kekecewaan atau persoalan, bisa disampaikan kepada Mahkamah Konstitusi," katanya.
Disinggung mengenai sikap UMP terhadap pengerahaan kekuatan massa saat penetapan hasil Pemilu Serentak 2019 oleh KPU RI pada tanggal 22 Mei, Rektor mengatakan sesuai dengan pernyataan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, UMP sebagai bagian dari persyarikatan mengajak masyarakat untuk menyikapi hasil pemilu dengan kepala dingin serta tetap menjaga kondusifitas, persatuan, dan kesatuan bangsa.
Menurut dia, pengerahan kekuatan massa akan sangat rawan terjadi kerusuhan dan massa akan mudah sekali terprovokasi sehingga harapan untuk mewujudkan Indonesia damai akan tercederai.
"Kami imbau civitas academica UMP termasuk mahasiswa untuk menjadi bagian dari bangsa Indonesia yang dewasa dalam menerima hasil-hasil pemilu," katanya.
Usai deklarasi, Rektor UMP dan wartawan menggelar "juguran" (diskusi) di Kantor Pusat Universitas Muhammadiyah Purwokerto sembari menunggu waktu berbuka buasa.
Dalam "juguran" tersebut, Rektor mengajak semua pihak untuk menerima hasil Pemilu Serentak 2019 dengan legawa serta mengajak para tokoh nasional untuk melakukan rekonsiliasi pascapemilu demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Seruan perdamaian tersebut disampaikan Rektor UMP dan wartawan dalam kegiatan Deklarasi Damai Pasca-Pemilu Serentak 2019 yang digelar di depan Kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin sore.
"Meskipun masih terdapat hambatan dan kekurangan, kami menyatakan Pemilu 2019 telah berjalan dengan demokratis, lancar, dan damai," kata Rektor UMP Dr. Anjar Nugroho saat membacakan naskah deklarasi damai.
Ia mengimbau masyarakat untuk tetap bersabar dan tidak boleh terprovokasi oleh berita hoaks sampai diumumkannya hasil pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum.
Menurut dia, masyarakat harus menerima hasil Pemilu Serentak 2019 dengan adil, jujur, dan penuh tanggung jawab sebagai wujud demokrasi.
"Mari kita wujudkan kembali kerukunan dan kedamaian yang kita miliki untuk tetap merawat Indonesia untik Indonesia yang lebih baik. Rektor UMP bersama wartawan untuk Indonesia," katanya.
Saat ditemui wartawan usai deklarasi, Anjar mengatakan sebagai bagian dari bangsa Indonesia, pihaknya merasa terpanggil untuk membantu bangsa ini khususnya pascapemilu karena tampak sekali benih-benih konflik yang cukup tajam di masyarakat.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya merasa bertanggung jawab, peduli, dan ingin menyatakan bahwa Pemilu Serentak 2019 sebenarnya telah berlangsung dengan damai dan demokratis.
"Walaupun kami tidak menutup mata bahwa di sana-sini terdapat kekurangan dan kecurangan. Mari kekurangan dan kecurangan itu bisa kita selesaikan secara konstitusional, ada mekanisme untuk melapor ke Bawaslu. Kalau memang belum puas ke Bawaslu, nanti hasil pemilu jika menyisakan kekecewaan atau persoalan, bisa disampaikan kepada Mahkamah Konstitusi," katanya.
Disinggung mengenai sikap UMP terhadap pengerahaan kekuatan massa saat penetapan hasil Pemilu Serentak 2019 oleh KPU RI pada tanggal 22 Mei, Rektor mengatakan sesuai dengan pernyataan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, UMP sebagai bagian dari persyarikatan mengajak masyarakat untuk menyikapi hasil pemilu dengan kepala dingin serta tetap menjaga kondusifitas, persatuan, dan kesatuan bangsa.
Menurut dia, pengerahan kekuatan massa akan sangat rawan terjadi kerusuhan dan massa akan mudah sekali terprovokasi sehingga harapan untuk mewujudkan Indonesia damai akan tercederai.
"Kami imbau civitas academica UMP termasuk mahasiswa untuk menjadi bagian dari bangsa Indonesia yang dewasa dalam menerima hasil-hasil pemilu," katanya.
Usai deklarasi, Rektor UMP dan wartawan menggelar "juguran" (diskusi) di Kantor Pusat Universitas Muhammadiyah Purwokerto sembari menunggu waktu berbuka buasa.
Dalam "juguran" tersebut, Rektor mengajak semua pihak untuk menerima hasil Pemilu Serentak 2019 dengan legawa serta mengajak para tokoh nasional untuk melakukan rekonsiliasi pascapemilu demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.