Semarang (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengajak kalangan perguruan tinggi dan perusahaan untuk berperan aktif mengelola sungai agar tetap bersih dan kualitas air tetap terjaga.
"Maka saya tawarkan, bagaimana kalau kita ajak satu perguruan tinggi, satu ruas sungai, atau satu perusahaan, satu ruas sungai, yang masing-masing bertanggung jawab atas pengelolaannya, kebersihan dan sebagainya," katanya di Semarang, Kamis.
Ganjar berpendapat peran swasta dan perguruan tinggi di Jateng harus terus dioptimalkan dalam modernisasi pengelolaan sumber daya air, apalagi nomenklatur dinasnya saat ini menjadi Dinas Pekerjaan Umum, Sumber Daya Air, dan Tata Ruang.
Kendati demikian, pengelolaan air saat ini harus dilakukan dengan modern dan terbuka, artinya pelibatan masyarakat dan komunitas harus semakin ditingkatkan.
"Namun saat ini, komunitas yang turut aktif mengelola sungai hanya ada di Jateng wilayah selatan, sementara di wilayah utara belum sama kondisinya," ujarnya.
Terkait dengan kesediaan air baku untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti pertanian, serta suplai air dari potensi yang dimiliki dari waduk dan embung, Dinas Pekerjaan Umum, Sumber Daya Air, dan Tata Ruang diminta berkoordinasi dengan Perum Perhutani.
"Saat ini, sebagian besar lahan yang potensial untuk pembangunan embung merupakan milik Perhutani sehingga Perhutani mesti diajak rembukan agar bisa berbagi. Tanahnya urusan Perhutani, sementara untuk pembangunan embung untuk kebutuhan air dilakukan Pemprov Jateng," katanya. (LHP)
"Maka saya tawarkan, bagaimana kalau kita ajak satu perguruan tinggi, satu ruas sungai, atau satu perusahaan, satu ruas sungai, yang masing-masing bertanggung jawab atas pengelolaannya, kebersihan dan sebagainya," katanya di Semarang, Kamis.
Ganjar berpendapat peran swasta dan perguruan tinggi di Jateng harus terus dioptimalkan dalam modernisasi pengelolaan sumber daya air, apalagi nomenklatur dinasnya saat ini menjadi Dinas Pekerjaan Umum, Sumber Daya Air, dan Tata Ruang.
Kendati demikian, pengelolaan air saat ini harus dilakukan dengan modern dan terbuka, artinya pelibatan masyarakat dan komunitas harus semakin ditingkatkan.
"Namun saat ini, komunitas yang turut aktif mengelola sungai hanya ada di Jateng wilayah selatan, sementara di wilayah utara belum sama kondisinya," ujarnya.
Terkait dengan kesediaan air baku untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti pertanian, serta suplai air dari potensi yang dimiliki dari waduk dan embung, Dinas Pekerjaan Umum, Sumber Daya Air, dan Tata Ruang diminta berkoordinasi dengan Perum Perhutani.
"Saat ini, sebagian besar lahan yang potensial untuk pembangunan embung merupakan milik Perhutani sehingga Perhutani mesti diajak rembukan agar bisa berbagi. Tanahnya urusan Perhutani, sementara untuk pembangunan embung untuk kebutuhan air dilakukan Pemprov Jateng," katanya. (LHP)