Boyolali (ANTARA) - Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan penduduk miskin Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada 2018 turun sekitar 1,92 persen.
"Jumlah penduduk miskin Kabupaten Boyolali 2018 yang dirilis melalui BPS setempat turun 1,92 persen menjadi 10,04 persen," kata Kepala Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (BP3D) Kabupaten Boyolali Nur Kamdani di sela acara Sosialisasi Perda Nomor 19/2019 tentang Penanggulangan Kemiskinan di Boyolali, Senin.
Ia mengatakan data makro kemiskinan Boyolali pada 2017 tercatat 116.400 jiwa berada dalam garis kemiskinan atau sekitar 11,96 persen dari total penduduk di wilayah itu.
Angka kemiskinan tersebut, kata dia, terus berkurang dibandingkan dengan pada 2016 yang mencapai 117.000 jiwa atau 12,09 persen.
Berdasarkan persentase itu, warga persentase penduduk miskin Boyolali di bawah rata-rata penduduk miskin Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 13,01 persen.
Bahkan, lanjut dia, jika dibandingkan dengan daerah di sekitarnya, Boyolali lebih rendah daripada Kabupaten Klaten, Wonogiri, dan Sragen. Akan tetapi, masih lebih tinggi dibandingkan dengan Sukoharjo dan Karanganyar.
"Kami berharap ke depan ada penurunan angka kemiskinan sesuai target sebesar satu persen pada 2019 dan 2020," katanya.
Pihaknya berharap sinergi program penanganan kemiskinan di Boyolali lebih optimal, salah satu langkah yang dilakukan, yakni Pemutakhiran Data Basis Terpadu (PBDT) yang menjadi acuan penanggulangan kemiskinan.
“Kami berharap tahun ini dan 2020 masing-masing jumlah penduduk miskin bisa turun satu digit sehingga dapat mencapai target," kata dia.
Wakil Bupati Boyolali M. Said Hidayat meminta semua pihak mengecek dan menganalisis data kemiskinan di daerah itu.
“Semua pihak dapat menghadirkan dan melakukan validasi data kemiskinan. Kami lakukan evaluasi ketepatan sasaran ketika bantuan diberikan," kata dia.
"Jumlah penduduk miskin Kabupaten Boyolali 2018 yang dirilis melalui BPS setempat turun 1,92 persen menjadi 10,04 persen," kata Kepala Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (BP3D) Kabupaten Boyolali Nur Kamdani di sela acara Sosialisasi Perda Nomor 19/2019 tentang Penanggulangan Kemiskinan di Boyolali, Senin.
Ia mengatakan data makro kemiskinan Boyolali pada 2017 tercatat 116.400 jiwa berada dalam garis kemiskinan atau sekitar 11,96 persen dari total penduduk di wilayah itu.
Angka kemiskinan tersebut, kata dia, terus berkurang dibandingkan dengan pada 2016 yang mencapai 117.000 jiwa atau 12,09 persen.
Berdasarkan persentase itu, warga persentase penduduk miskin Boyolali di bawah rata-rata penduduk miskin Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 13,01 persen.
Bahkan, lanjut dia, jika dibandingkan dengan daerah di sekitarnya, Boyolali lebih rendah daripada Kabupaten Klaten, Wonogiri, dan Sragen. Akan tetapi, masih lebih tinggi dibandingkan dengan Sukoharjo dan Karanganyar.
"Kami berharap ke depan ada penurunan angka kemiskinan sesuai target sebesar satu persen pada 2019 dan 2020," katanya.
Pihaknya berharap sinergi program penanganan kemiskinan di Boyolali lebih optimal, salah satu langkah yang dilakukan, yakni Pemutakhiran Data Basis Terpadu (PBDT) yang menjadi acuan penanggulangan kemiskinan.
“Kami berharap tahun ini dan 2020 masing-masing jumlah penduduk miskin bisa turun satu digit sehingga dapat mencapai target," kata dia.
Wakil Bupati Boyolali M. Said Hidayat meminta semua pihak mengecek dan menganalisis data kemiskinan di daerah itu.
“Semua pihak dapat menghadirkan dan melakukan validasi data kemiskinan. Kami lakukan evaluasi ketepatan sasaran ketika bantuan diberikan," kata dia.