Jakarta (ANTARA) - Penata musik, penulis lagu, dan anggota Dewan Komisaris Jakarta City Philharmonic Anto Hoed menginginkan agar program pertunjukan musik klasik menjadi destinasi wisata di DKI Jakarta.
"Saya kira sudah waktunya pemda mengambil alih ini (Jakarta City Philharmonic). Ini bisa jadi salah satu destinasi di Jakarta. Misalnya kalau dari Thailand datang ke sini mau nonton musik klasik, kita sudah punya," katanya saat jumpa pers pertunjukan Jakarta City Philharmonic, di Jakarta, Rabu.
Konser orkes kota Jakarta City Philharmonic telah digelar untuk keempat kalinya dan setiap tahun jumlah penontonnya terus meningkat, membuktikan bahwa masyarakat menantikan konser musik klasik.
"Kita bicara soal data, tiga tahun lalu jumlah penontonnya 450 orang, edisi kedua naik, edisi berikutnya naik berkali-kali lipat. Berarti kan potensi masyarakat yang mau nonton konser klasik cukup tinggi," ujarnya.
Ia lalu membandingkan dengan negara lain, di mana pemerintah setempat membuat banyak pertunjukan musik klasik untuk warganya, juga demi menarik turis asing.
"Di luar negeri, negara banyak menyelenggarakan agenda kesenian untuk rakyatnya. Saya kira kita juga harus mengimbangi seperti itu," kata Anto.
Ia berharap, nantinya para penikmat musik klasik tak perlu jauh-jauh ke luar negeri dan menghabiskan banyak uang untuk menyaksikan pertunjukan karena sudah ada program rutin yang digelar di ibu kota.
Impor pemain
Dalam kesempatan itu, Anto juga mengatakan bahwa Indonesia memiliki banyak pemain musik klasik. Jakarta City Philharmonic, misalnya, semua pemain dan komposernya adalah orang Indonesia.
Sedangkan di beberapa negara, mereka mendatangkan musisi dari luar negeri untuk tampil di pertunjukan musik klasik.
"Orkes Thailand, pemainnya dari Beijing, mereka semua rata-rata impor pemain. Jakarta City Philharmonic kita pertahankan enggak impor pemain karena kita punya banyak sekali talenta baru yang harus dimunculkan," tuturnya.
Kehadiran musik klasik di Indonesia, menurut dia, juga menjadi wadah bagi para siswa sekolah musik guna mengembangkan kemampuannya sehingga mereka tidak perlu lagi ke luar negeri untuk tampil.
"Kalau ada banyak event seperti ini, mereka enggak akan sia-sia yang sudah sekolah musik. Mereka pulang sudah ada tempat, kalau memang bagus mereka akan dibawa ke luar negeri," demikian Anto, yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta.
Baca juga: Anto Hoed luruskan anggapan yang salah tentang musik klasik
Baca juga: "Nyanyian Cinta Negeri" jadi konser penutup JCP tahun 2018
"Saya kira sudah waktunya pemda mengambil alih ini (Jakarta City Philharmonic). Ini bisa jadi salah satu destinasi di Jakarta. Misalnya kalau dari Thailand datang ke sini mau nonton musik klasik, kita sudah punya," katanya saat jumpa pers pertunjukan Jakarta City Philharmonic, di Jakarta, Rabu.
Konser orkes kota Jakarta City Philharmonic telah digelar untuk keempat kalinya dan setiap tahun jumlah penontonnya terus meningkat, membuktikan bahwa masyarakat menantikan konser musik klasik.
"Kita bicara soal data, tiga tahun lalu jumlah penontonnya 450 orang, edisi kedua naik, edisi berikutnya naik berkali-kali lipat. Berarti kan potensi masyarakat yang mau nonton konser klasik cukup tinggi," ujarnya.
Ia lalu membandingkan dengan negara lain, di mana pemerintah setempat membuat banyak pertunjukan musik klasik untuk warganya, juga demi menarik turis asing.
"Di luar negeri, negara banyak menyelenggarakan agenda kesenian untuk rakyatnya. Saya kira kita juga harus mengimbangi seperti itu," kata Anto.
Ia berharap, nantinya para penikmat musik klasik tak perlu jauh-jauh ke luar negeri dan menghabiskan banyak uang untuk menyaksikan pertunjukan karena sudah ada program rutin yang digelar di ibu kota.
Impor pemain
Dalam kesempatan itu, Anto juga mengatakan bahwa Indonesia memiliki banyak pemain musik klasik. Jakarta City Philharmonic, misalnya, semua pemain dan komposernya adalah orang Indonesia.
Sedangkan di beberapa negara, mereka mendatangkan musisi dari luar negeri untuk tampil di pertunjukan musik klasik.
"Orkes Thailand, pemainnya dari Beijing, mereka semua rata-rata impor pemain. Jakarta City Philharmonic kita pertahankan enggak impor pemain karena kita punya banyak sekali talenta baru yang harus dimunculkan," tuturnya.
Kehadiran musik klasik di Indonesia, menurut dia, juga menjadi wadah bagi para siswa sekolah musik guna mengembangkan kemampuannya sehingga mereka tidak perlu lagi ke luar negeri untuk tampil.
"Kalau ada banyak event seperti ini, mereka enggak akan sia-sia yang sudah sekolah musik. Mereka pulang sudah ada tempat, kalau memang bagus mereka akan dibawa ke luar negeri," demikian Anto, yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta.
Baca juga: Anto Hoed luruskan anggapan yang salah tentang musik klasik
Baca juga: "Nyanyian Cinta Negeri" jadi konser penutup JCP tahun 2018