Purwokerto (ANTARA) - Akademisi dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, Muridan, mengatakan peringatan Isra Mi'raj merupakan momentum untuk menjaga kesucian jiwa dan meningkatkan keimanan.
"Momentum ini dapat ditarik dalam konteks bahwa menjaga kesucian jiwa merupakan hal yang penting bagi seluruh rakyat Indonesia," katanya di Purwokerto, Banyumas, Rabu.
Muridan yang merupakan Kepala Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto tersebut mengatakan Isra Mi'raj merupakan perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan kemudian dilanjutkan dengan perjalanan ke Sidratul Muntaha.
"Dalam proses perjalanannya Nabi dibersihkan jiwanya dari segala dosa. Dengan demikian, nilai yang dapat diambil adalah pentingnya menjaga kesucian jiwa," katanya.
Jiwa yang suci, kata dia, akan melahirkan niat, ucapan, dan perilaku yang baik.
"Orang yang jiwanya bersih atau suci selalu memiliki niat yang baik, perkataan yang baik, dan kerja yang baik pula," katanya.
Selain itu, selalu mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan golongan.
"Orang yang jiwanya suci tidak akan mengeluarkan kata-kata kotor, caci maki, dan segala kata yang menyakiti orang lain, dan tercermin dalam etos kerja yang baik, karena sadar ada iman, ada kehadiran Tuhan dalam setiap tindakan kerja yang dilakukannya," katanya.
Selain itu, kata dia kerja yang dilandasi jiwa yang suci, akan menjaga hal hal yang melanggar aturan, tidak boros dan antikorupsi, kolusi, nepotisme dan lain sebagainya.
"Momentum ini dapat ditarik dalam konteks bahwa menjaga kesucian jiwa merupakan hal yang penting bagi seluruh rakyat Indonesia," katanya di Purwokerto, Banyumas, Rabu.
Muridan yang merupakan Kepala Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto tersebut mengatakan Isra Mi'raj merupakan perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan kemudian dilanjutkan dengan perjalanan ke Sidratul Muntaha.
"Dalam proses perjalanannya Nabi dibersihkan jiwanya dari segala dosa. Dengan demikian, nilai yang dapat diambil adalah pentingnya menjaga kesucian jiwa," katanya.
Jiwa yang suci, kata dia, akan melahirkan niat, ucapan, dan perilaku yang baik.
"Orang yang jiwanya bersih atau suci selalu memiliki niat yang baik, perkataan yang baik, dan kerja yang baik pula," katanya.
Selain itu, selalu mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan golongan.
"Orang yang jiwanya suci tidak akan mengeluarkan kata-kata kotor, caci maki, dan segala kata yang menyakiti orang lain, dan tercermin dalam etos kerja yang baik, karena sadar ada iman, ada kehadiran Tuhan dalam setiap tindakan kerja yang dilakukannya," katanya.
Selain itu, kata dia kerja yang dilandasi jiwa yang suci, akan menjaga hal hal yang melanggar aturan, tidak boros dan antikorupsi, kolusi, nepotisme dan lain sebagainya.