Jakarta (ANTARA) - Setelah rugi ratusan miliar yen dalam empat kuartal terakhir, perusahaan perangkat elektronika Sony akan menutup Divisi Sony Mobile dan akan menggabungkan bisnis ponsel pintarnya itu ke dalam divisi baru bersama lini produk TV, kamera, dan audio.
Perusahaan yang berbasis di Tokyo itu, pada Selasa lalu (26/3), mengatakan akan menggabungkan Divisi Sony Mobile yang selama ini memproduksi smartphone Xperia ke dalam divisi baru bernama Electronics Products and Solutions.
Langkah ini dilakukan setelah investor mengeluh selama berbulan-bulan dan memunculkan tekanan bagi CEO Kenichiro Yoshida untuk “menyingkirkan” bisnis smartphone Xperia, menurut Bloomberg dalam laporannya, dikutip Minggu.
Para analis khawatir bahwa penggabungan itu justru akan membuat investor sulit untuk melihat kinerja pada unit smartphone Sony, yang telah berjuang melawan persaingan Apple Inc dan Samsung Electronics.
Kenichiro Yoshida diangkat menjadi CEO karena prestasinya dalam membenahi keuangan perusahaan ketika ia menjadi kepala keuangan. Namun, langkah terbaru Sony itu membuat investor bertanya-tanya apa yang terjadi pada Yoshida.
Baca juga: Bungkam soal smartphone, Sony bakal luncurkan PlayStation?
"Melalui lebih banyak kerja sama di antara divisi-divisi kami, kami dapat menciptakan nilai baru dengan memanfaatkan lebih baik aset gabungan dan personel di area elektronik kami," kata juru bicara Sony Takashi Iida, mengenai alasan penggabungan divisi itu.
Bisnis Xperia telah merugi 101 miliar yen ($ 913 juta) selama empat kuartal terakhir, dibandingkan dengan laba operasi 82 miliar yen di divisi TV dan audio pada periode yang sama, dan 89 miliar pada unit kameranya.
Restrukturisasi dan penggabungan divisi itu rencananya akan mulai berlaku 1 April 2019, merupakan perombakan besar pertama sejak 2012 ketikachairman sebelumnya Kazuo Hirai membagi unit elektronik konsumen menjadi beberapa bagian guna meningkatkan transparansi.
Beberapa media teknologi berpendapat bahwa smartphone Sony Xperia ketinggalan dalam hal fitur dibanding pesaingnya di ponsel kelas premium. Meskipun menawarkan kehandalan dan desain yang elegan, Xperia gagal menarik perhatian pasar di industri ponsel premium yang berkembang pesat.
Baca juga: Sony berhenti produksi PS Vita
Perusahaan yang berbasis di Tokyo itu, pada Selasa lalu (26/3), mengatakan akan menggabungkan Divisi Sony Mobile yang selama ini memproduksi smartphone Xperia ke dalam divisi baru bernama Electronics Products and Solutions.
Langkah ini dilakukan setelah investor mengeluh selama berbulan-bulan dan memunculkan tekanan bagi CEO Kenichiro Yoshida untuk “menyingkirkan” bisnis smartphone Xperia, menurut Bloomberg dalam laporannya, dikutip Minggu.
Para analis khawatir bahwa penggabungan itu justru akan membuat investor sulit untuk melihat kinerja pada unit smartphone Sony, yang telah berjuang melawan persaingan Apple Inc dan Samsung Electronics.
Kenichiro Yoshida diangkat menjadi CEO karena prestasinya dalam membenahi keuangan perusahaan ketika ia menjadi kepala keuangan. Namun, langkah terbaru Sony itu membuat investor bertanya-tanya apa yang terjadi pada Yoshida.
Baca juga: Bungkam soal smartphone, Sony bakal luncurkan PlayStation?
"Melalui lebih banyak kerja sama di antara divisi-divisi kami, kami dapat menciptakan nilai baru dengan memanfaatkan lebih baik aset gabungan dan personel di area elektronik kami," kata juru bicara Sony Takashi Iida, mengenai alasan penggabungan divisi itu.
Bisnis Xperia telah merugi 101 miliar yen ($ 913 juta) selama empat kuartal terakhir, dibandingkan dengan laba operasi 82 miliar yen di divisi TV dan audio pada periode yang sama, dan 89 miliar pada unit kameranya.
Restrukturisasi dan penggabungan divisi itu rencananya akan mulai berlaku 1 April 2019, merupakan perombakan besar pertama sejak 2012 ketikachairman sebelumnya Kazuo Hirai membagi unit elektronik konsumen menjadi beberapa bagian guna meningkatkan transparansi.
Beberapa media teknologi berpendapat bahwa smartphone Sony Xperia ketinggalan dalam hal fitur dibanding pesaingnya di ponsel kelas premium. Meskipun menawarkan kehandalan dan desain yang elegan, Xperia gagal menarik perhatian pasar di industri ponsel premium yang berkembang pesat.
Baca juga: Sony berhenti produksi PS Vita