Purwokerto (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman, Indra Permanajati mengatakan bencana tanah longsor dan banjir bisa terjadi karena disebabkan oleh faktor alam dan juga karena perilaku manusia.

"Karena faktor manusia misalkan pembebanan tanah karena pendirian bangunan yang berat atau pengambilan air tanah dalam, juga merupakan daerah genangan air sehingga tanah menjadi lembek," katanya di Purwokerto, Kamis.

Indra yang merupakan Dosen Mitigasi Bencana Geologi, Jurusan Teknik Geologi Universitas Jenderal Soedirman tersebut menjelaskan saat keseimbangan alam terganggu karena pengaruh manusia maka bisa mengakibatkan bencana seperti banjir, tanah longsor dan penurunan tanah.

"Oleh karena itu kewajiban manusia untuk memahami perilaku alam dan bisa menjaganya.

Dia mengatakan untuk bencana longsor, banjir, penurunan tanah dan jenis bencana lain yang disebabkan karena perilaku manusia, bisa dilakukan langkah pencegahan.

"Untuk mencegah jenis bencana yang dapat disebabkan oleh faktor manusia, maka perlu lakukan sosialisasi yang bersifat masif ke masyarakat untuk menyadarkan masyarakat akan petingnya menjaga alam," katanya.

Masyarakat, kata dia, harus mendapatkan edukasi mengenai keseimbangan alam.

"Keyakinan ini harus ditumbuhkan ke masyarakat dan mereka harus meyakini bahwa alam berproses secara seimbang, dan jika keseimbangan terganggu maka yang akan terjadi adalah bencana dan hal ini bukan merupakan slogan semata tetapi sudah banyak contoh kejadiannya," katanya.

Keyakinan tersebut, kata dia, akan menjadi modal besar dalam penanganan bencana dengan cara preventif atau pencegahan dini.

"Pencegahan dini akan mengurangi bencana yang terjadi dan mengurangi risiko bencana," katanya.

Sementara itu, untuk bencana yang disebabkan oleh faktor alam seperti gempa bumi, tsunami, erupsi gunung berapi maka dapat dilakukan upaya mitigasi atau pengurangan risiko bencana.

"Misalkan dengan penggunaan alat-alat pemantau dan sensor untuk sistem peringatan dini," katanya.

Dia menjelaskan mitigasi bencana adalah usaha manusia untuk meminimalkan dampak resiko bencana dari ancaman bencana yang akan terjadi.

"Mitigasi memerlukan multidisiplin keilmuan, karena tahapan bencana meliputi tahapan prabencana, saat bencana, dan pascabencana atau pemulihan," katanya.

Tahapan-tahapan ini, kata dia, memerlukan pendekatan keilmuan yang berbeda-beda.

"Misalkan untuk tahapan prabencana memerlukan keilmuan geologi, geografi, geofisika, lingkungan, dan perencanaan wilayah. Kemudian untuk saat bencana memerlukan keilmuan kedokteran, keperawatan, keamanan dan keilmuan lain yang bekerja saat kejadian," katanya.


Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024