"Wol domba Batur juga sekaligus bisa sebagai brand destination Banjarnegara," katanya di Purwokerto, Selasa.
Dia menjelaskan ada beberapa hal yang dapat dikembangkan terkait domba Batur sebagai sumber daya genetik (SDG) Hewan.
"Peternakan domba Batur itu sendiri dapat dijadikan objek wisata edukasi. Wisatawan dapat menyaksikan pengelolaan peternakan, misalnya mulai dari pembibitan, pencukuran bulu domba, hingga pengolahan bulu domba menjadi wol," katanya.
Selain itu, kata dia, wol domba Batur bisa dijadikan cinderamata sekaligus ikon baru pariwisata Banjarnegara.
"Apalagi saat ini belum banyak daerah yang mengolah dan menjadikan wol domba sebagai cinderamata. Terutama di Jawa Tengah, wol domba belum menjadi cinderamata khas suatu daerah dalam pariwisatanya," katanya.
Oleh sebab itu perlu dipikirkan kreasi dan inovasi pengolahan wol domba Batur, agar mencerminkan keunikan dan kekhasannya.
"Wol domba memang bisa diolah menjadi beragam souvenir. Namun yang terpenting adalah kekhasan, dan itu bisa ditandai misalnya, dengan bentuk kerajinan dari wol yang menggambarkan sejarah, seni, tradisi, budaya, maupun mitologi yang berkembang di Banjarnegara," katanya.
Artinya, ada narasi budaya Banjarnegara di balik kerajinan wol domba Batur.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, menginformasikan adanya pengembangan souvenir wol domba Batur guna mendukung sektor pariwisata di wilayah setempat.
Domba Batur merupakan salah satu sumberdaya genetik ternak lokal Indonesia yang berkembang di Kabupaten Banjarnegara sejak tahun 1974.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 2916/Kpts/OT.140/6/2011 tanggal 17 Juni 2011, domba Batur telah ditetapkan sebagai rumpun ternak lokal Indonesia.
Selain itu,sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 352/Kpts./PK.040/6/2015 Kabupaten Banjarnegara telah ditetapkan sebagai wilayah sumber bibit domba Batur, dan juga telah ditetapkan bahwa ternak domba Batur sebagai sumber daya genetik (SDG) Hewan.