Purwokerto (Antaranews Jateng) - Presiden terpilih melalui Pilpres 17 April 2019 diharapkan terus berupaya meningkatkan ketahanan pangan secara sistematis dan terintegrasi, kata Akademisi dari Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto, Kavadya Syska.
"Harapan kepada presiden terpilih adalah terus berupaya untuk meningkatkan ketahanan pangan secara sistematis dan integrasi, mulai dari regulasi hingga peningkatan kompetensi SDM," katanya di Purwokerto, Banyumas, Senin.
Kavadya Syska yang merupakan Koordinator Program Studi Teknologi Pangan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto itu, mengatakan yang perlu diperhatikan oleh presiden terpilih adalah regulasi yang mendukung pangan ke dalam dan ke luar.
"Ke dalam negeri untuk meningkatkan ketahanan pangan dan keluar adalah untuk mendukung salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan yakni SDGs, tanpa kelaparan dan SGDs pendukung lainnya," katanya.
Selain itu, ketersediaan bahan pangan pokok, daya saing produk, edukasi sumber daya manusia, sistem informasi pangan hingga bank pangan.
"Dengan demikian, harapannya adalah ketahanan dan kedaulatan pangan dapat tercapai di negeri yang subur ini dan ada jaminan harga pangan yang terjangkau oleh seluruh rakyat Indonesia," katanya.
Pasalnya, menurut dia, hal itu dapat memberikan dampak pada sektor lainnya.
"Misalkan, terkait peningkatan ekonomi bisa bertumbuhnya 'startup' pangan, peningkatan kesehatan dan pemahaman pangan dengan baik dalam menyediakan sampai mengonsumsi makanan, peningkatan kualitas hidup, dan lainnya," katanya.
Dia menambahkan untuk mewujudkan hal tersebut memerlukan kerja keras bersama seluruh komponen bangsa mulai dari pemerintah, akademisi, industri, dan petani yang bekerja secara sistematis dan terintegrasi.
"Eksistensi Indonesia di mata dunia melaui SDGs tanpa kelaparan dapat kita capai dengan kerja bersama seluruh elemen bangsa," katanya.
Dengan terus meningkatnya ketahanan pangan, kata dia, Indonesia akan terus dapat bersaing di era revolusi industri 4.0 khususnya pada aspek pangan.