Jepara (Antaranews Jateng) - Mayoritas wisatawan yang berlibur di Pulau Karimunjawa, Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, menunggu beroperasinya kapal penyeberangan meskipun tersedia transportasi udara.
"Kami memang belum mengetahui pasti alasannya, namun mayoritas wisatawan memilih menunggu kapal penyeberangan beroperasi kembali," kata Sekretaris Camat Karimunjawa Nor Soleh di Jepara, Kamis.
Untuk naik pesawat, kata dia, setiap wisatawan harus menyiapkan dana sekitar Rp400 ribu, sedangkan tiket kapal penumpang berkisar Rp100 ribu hingga Rp175 ribu.
Selain faktor harga tiket, kata dia, bisa saja wisatawan tersebut mempertimbangkan keberadaan kendaraan mereka yang masih berada di Pelabuhan Jepara sehingga ketika naik pesawat ke Semarang, mereka harus kembali naik angkutan darat menuju Jepara.
Sejauh ini, lanjut dia, tidak ada permasalahan dengan kondisi wisatawan yang masih bertahan di Karimunjawa.
"Kalaupun ada yang meminta potongan tarif penginapan, tentunya menjadi keputusan pemilik penginapan," ujarnya.
Hingga hari ini (3/1), kata dia, gelombang laut di Karimunjawa masih tinggi, bahkan cuacanya lebih buruk dibandingkan sebelumnya.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Sektor Karimunjawa Polres Jepara Iptu Suranto mengungkapkan jumlah wisatawan yang masih bertahan di Karimunjawa memang mencapai 366 orang.
Jumlah wisatawan tersebut, kata dia, hasil monitoring pada 31 Desember 2018 hingga 1 Januari 2019.
Pada tanggal 2 Januari 2019, katanya, jajarannya mencatat sudah ada 122 wisatawan yang pulang naik pesawat Wings Air.
"Pesawat Wings Air beroperasi setiap hari dengan kapasitas penumpang 60 orang," ujarnya.
Meskipun terdapat 220 wisatawan yang masih bertahan di Karimunjawa, kata dia, pada Rabu (2/1) juga tercatat ada wisatawan yang datang dengan pesawat Wings Air sebanyak 20 orang," ujarnya.
Tidak beroperasinya kapal penyeberangan disebabkan gelombang laut setempat yang masih tinggi.
Bahkan, ketinggian gelombang laut di Jepara mencapai 2,5 meteran sehingga tidak aman untuk aktivitas pelayaran.
Berdasarkan keterangan dari Syahbandar Jepara gelombang tinggi terjadi sejak Senin (31/12), sehingga diterbitkan larangan kapal penumpang beroperasi demi keselamatan penumpang.
"Kami memang belum mengetahui pasti alasannya, namun mayoritas wisatawan memilih menunggu kapal penyeberangan beroperasi kembali," kata Sekretaris Camat Karimunjawa Nor Soleh di Jepara, Kamis.
Untuk naik pesawat, kata dia, setiap wisatawan harus menyiapkan dana sekitar Rp400 ribu, sedangkan tiket kapal penumpang berkisar Rp100 ribu hingga Rp175 ribu.
Selain faktor harga tiket, kata dia, bisa saja wisatawan tersebut mempertimbangkan keberadaan kendaraan mereka yang masih berada di Pelabuhan Jepara sehingga ketika naik pesawat ke Semarang, mereka harus kembali naik angkutan darat menuju Jepara.
Sejauh ini, lanjut dia, tidak ada permasalahan dengan kondisi wisatawan yang masih bertahan di Karimunjawa.
"Kalaupun ada yang meminta potongan tarif penginapan, tentunya menjadi keputusan pemilik penginapan," ujarnya.
Hingga hari ini (3/1), kata dia, gelombang laut di Karimunjawa masih tinggi, bahkan cuacanya lebih buruk dibandingkan sebelumnya.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Sektor Karimunjawa Polres Jepara Iptu Suranto mengungkapkan jumlah wisatawan yang masih bertahan di Karimunjawa memang mencapai 366 orang.
Jumlah wisatawan tersebut, kata dia, hasil monitoring pada 31 Desember 2018 hingga 1 Januari 2019.
Pada tanggal 2 Januari 2019, katanya, jajarannya mencatat sudah ada 122 wisatawan yang pulang naik pesawat Wings Air.
"Pesawat Wings Air beroperasi setiap hari dengan kapasitas penumpang 60 orang," ujarnya.
Meskipun terdapat 220 wisatawan yang masih bertahan di Karimunjawa, kata dia, pada Rabu (2/1) juga tercatat ada wisatawan yang datang dengan pesawat Wings Air sebanyak 20 orang," ujarnya.
Tidak beroperasinya kapal penyeberangan disebabkan gelombang laut setempat yang masih tinggi.
Bahkan, ketinggian gelombang laut di Jepara mencapai 2,5 meteran sehingga tidak aman untuk aktivitas pelayaran.
Berdasarkan keterangan dari Syahbandar Jepara gelombang tinggi terjadi sejak Senin (31/12), sehingga diterbitkan larangan kapal penumpang beroperasi demi keselamatan penumpang.