Kudus (Antaranews Jateng) - Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengkaji moda angkutan massal berbasis bus rapid transit (BRT) untuk mengurangi kepadatan arus lalu lintas di kawasan kota.
"Untuk mewujudkan transportasi massal perkotaan tersebut akan didahului dengan pengkajian secara mendalam, apakah Kudus memungkinkan membangun proyek BRT," kata Bupati Kudus Muhammad Tamzil di Kudus, Rabu.
Nantinya, kata dia, bus Transkudus tersebut akan beroperasi di seluruh Kota Kudus karena tujuannya memang memudahkan masyarakat dalam melakukan aktivitas.
Operator bus Transkudus tersebut, kata dia, akan diserahkan kepada pihak ketiga.
Adapun subsidi yang diberikan, lanjut dia, bisa dalam bentuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) ataupun subsidi dalam bentuk lainnya.
Ia memperkirakan angkutan perkotaan maupun angkutan perdesaan yang ada sekarang kesulitan melakukan peremajaan dengan mengganti angkutan baru guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kudus Abdul Halil mengatakan siap membuat kajian terkait wacana Pemkab Kudus membangun BRT seperti halnya Pemkot Semarang yang memiliki transportasi massal perkotaan.
Kajian tersebut, kata dia, termasuk langkah antisipatif terkait keberadaan angkutan kota maupun angkutan pedesaan yang sudah lama beroperasi.
"Mereka tentunya akan diminta tanggapannya apakah menyetujui wacana tersebut atau tidak," ujarnya.
Nantinya, lanjut dia, melalui kajian tersebut juga akan dicarikan solusi terbaik untuk awak angkutan yang dimungkinkan pendapatannya berkurang menyusul adanya bus transkudus tersebut.
Selain itu, kajian tersebut juga untuk memetakan jalur yang memungkinkan dilayani BRT.
Ia mengakui belum bisa memberikan penjelasan secara detail karena belum ada kajian soal itu.
Heri, salah seorang sopir angkutan kota jurusan Terminal Jetak-Terminal Induk Jati memperkirakan wacana bus Transkudus sulit direalisasikan karena angkutan penumpang yang ada sekarang sulit bersaing dengan kendaraan pribadi maupun angkutan daring.
"Untuk mewujudkan transportasi massal perkotaan tersebut akan didahului dengan pengkajian secara mendalam, apakah Kudus memungkinkan membangun proyek BRT," kata Bupati Kudus Muhammad Tamzil di Kudus, Rabu.
Nantinya, kata dia, bus Transkudus tersebut akan beroperasi di seluruh Kota Kudus karena tujuannya memang memudahkan masyarakat dalam melakukan aktivitas.
Operator bus Transkudus tersebut, kata dia, akan diserahkan kepada pihak ketiga.
Adapun subsidi yang diberikan, lanjut dia, bisa dalam bentuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) ataupun subsidi dalam bentuk lainnya.
Ia memperkirakan angkutan perkotaan maupun angkutan perdesaan yang ada sekarang kesulitan melakukan peremajaan dengan mengganti angkutan baru guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kudus Abdul Halil mengatakan siap membuat kajian terkait wacana Pemkab Kudus membangun BRT seperti halnya Pemkot Semarang yang memiliki transportasi massal perkotaan.
Kajian tersebut, kata dia, termasuk langkah antisipatif terkait keberadaan angkutan kota maupun angkutan pedesaan yang sudah lama beroperasi.
"Mereka tentunya akan diminta tanggapannya apakah menyetujui wacana tersebut atau tidak," ujarnya.
Nantinya, lanjut dia, melalui kajian tersebut juga akan dicarikan solusi terbaik untuk awak angkutan yang dimungkinkan pendapatannya berkurang menyusul adanya bus transkudus tersebut.
Selain itu, kajian tersebut juga untuk memetakan jalur yang memungkinkan dilayani BRT.
Ia mengakui belum bisa memberikan penjelasan secara detail karena belum ada kajian soal itu.
Heri, salah seorang sopir angkutan kota jurusan Terminal Jetak-Terminal Induk Jati memperkirakan wacana bus Transkudus sulit direalisasikan karena angkutan penumpang yang ada sekarang sulit bersaing dengan kendaraan pribadi maupun angkutan daring.