Ubud, Bali (Antaranews Jateng) - Perusahaan global penyedia infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi serta perangkat cerdas, Huawei menilai Indonesia seharusnya fokus terhadap optimalisasi penggunaan jaringan 4G long-term-evolution (LTE) sebelum mengadopsi teknologi 5G yang akan diimplementasikan secara komersil di beberapa negara tahun depan.
"Rasio pengguna LTE (4G) di Indonesia secara umum masih sekitar 30 persen, artinya masih ada 70 persenan pengguna yang hanya menikmati layanan 2G dan 3G saja," kata Chief Technical Officer Huawei Indonesia, Vaness Yew dalam sesi media terbatas di Ubud, Bali, Jumat malam.
Menurut Vaness, rendahnya penetrasi 4G terjadi akibat berbagai alasan, misalnya ponsel pengguna yang belum mendukung 4G, kartu sim yang belum diganti menjadi 4G, atau ada juga pengguna yang enggan untuk menikmati layanan 4G karena sudah merasa tercukupi dengan 2G/3G saja.
Dengan kondisi demikian, Vaness menilai operator di Indonesia akan sulit untuk meningkatkan pendapatan mereka karena selain besarnya investasi yang dikucurkan untuk infrastruktur 4G dalam hal belanja modal, mereka juga masih terbebani oleh tingginya biaya operasional dalam melayani 70 persen 2G/3G tersebut.
"Dari sudut pandang terkait pemanfaatan spektrum tentunya itu juga tidak efisien, karena kita tahu Indonesia sendiri memiliki sumber daya spektrum yang terbatas," kata Vaness.
Vaness mengatakan secara ideal pemanfaatan jaringan 4G yang digelar di Indonesia seharusnya berada di kisaran 80 persen. Dengan begitu, operator bisa mulai menikmati keuntungan dari investasi pembangunan jaringan mereka.
Huawei sendiri baru-baru ini mengumumkan telah mengantongi 25 kontrak komersial untuk menggelar 5G dengan sejumlah operator dan telah mengapalkan lebih dari 10.000 perangkat BTS 5G di seluruh dunia.
Baca juga: Implementasi 5G, Huawei siapkan empat skenario
Baca juga: ITB akan wakili Indonesia di kompetisi Huawei regional
Baca juga: Huawei incar posisi tiga besar pasar smartphone Indonesia
Baca juga: Huawei akan hentikan penjualan P20 Pro
"Rasio pengguna LTE (4G) di Indonesia secara umum masih sekitar 30 persen, artinya masih ada 70 persenan pengguna yang hanya menikmati layanan 2G dan 3G saja," kata Chief Technical Officer Huawei Indonesia, Vaness Yew dalam sesi media terbatas di Ubud, Bali, Jumat malam.
Menurut Vaness, rendahnya penetrasi 4G terjadi akibat berbagai alasan, misalnya ponsel pengguna yang belum mendukung 4G, kartu sim yang belum diganti menjadi 4G, atau ada juga pengguna yang enggan untuk menikmati layanan 4G karena sudah merasa tercukupi dengan 2G/3G saja.
Dengan kondisi demikian, Vaness menilai operator di Indonesia akan sulit untuk meningkatkan pendapatan mereka karena selain besarnya investasi yang dikucurkan untuk infrastruktur 4G dalam hal belanja modal, mereka juga masih terbebani oleh tingginya biaya operasional dalam melayani 70 persen 2G/3G tersebut.
"Dari sudut pandang terkait pemanfaatan spektrum tentunya itu juga tidak efisien, karena kita tahu Indonesia sendiri memiliki sumber daya spektrum yang terbatas," kata Vaness.
Vaness mengatakan secara ideal pemanfaatan jaringan 4G yang digelar di Indonesia seharusnya berada di kisaran 80 persen. Dengan begitu, operator bisa mulai menikmati keuntungan dari investasi pembangunan jaringan mereka.
Huawei sendiri baru-baru ini mengumumkan telah mengantongi 25 kontrak komersial untuk menggelar 5G dengan sejumlah operator dan telah mengapalkan lebih dari 10.000 perangkat BTS 5G di seluruh dunia.
Baca juga: Implementasi 5G, Huawei siapkan empat skenario
Baca juga: ITB akan wakili Indonesia di kompetisi Huawei regional
Baca juga: Huawei incar posisi tiga besar pasar smartphone Indonesia
Baca juga: Huawei akan hentikan penjualan P20 Pro