Semarang (Antaranews Jateng) - Para takmir masjid dan musala, khususnya di Kota Semarang, diajak untuk mengoptimalkan potensi remaja dalam berkiprah memakmurkan masjid.

"Idealnya, dalam ketakmiran ada program kesekretariatan, peribadatan, dan pemeliharaan," kata Ketua Takmir Masjid Agung Semarang (MAS) KH Hanief Ismail LC, di Semarang, Senin.

Artinya, kata dia, mustahil kerja ketakmiran jika hanya ditangani satu atau dua orang, melainkan harus melibatkan seluruh pihak, khususnya kalangan remaja yang ada di sekitarnya.

Hal tersebut diungkapkannya saat dialog interakhir "Ulama Menyapa" di studio TV Kampus Universitas Dian Nuswantoro (TVKU) Semarang yang menjadi program rutin.

Hanief mencontohkan keaktifan kalangan remaja di MAS yang bernaung dalam Karisma dengan program kerja yang padat, termasuk pengajian dan pemberdayaan remaja.

"Semua digencarkan oleh remaja secara mandiri, sementara para takmir mendukung, termasuk anggaran. Ada program khataman Alquran sepekan sebanyak dua kali," katanya.

Namun, dalam realisasinya khataman Alquran bisa sampai lima kali digelar dalam sepekan karena mereka menggunakan jaringan kalangan remaja melalui media sosial.

Terlebih lagi, Hanief mengingatkan masjid dan mushala harus terbebas dari paham radikalisme, baik radikalisme agama maupun sekuler dengan mempertahankan nilai Islam wasathiyah.

Untuk memakmurkan masjid, kata dia, jangan hanya menggunakan pendekatan religi saja, melainkan harus pula mengembangkan nilai-nilai sosial dan budaya.

"Apabila masjid mengembangkan 'barzanji', menabuh bedug, serta puji-pujian setelah azan, itu merupakan ajaran Islam sekaligus mengembangkan kearifan lokal sebagai metode dakwah," katanya.

Senada, Sekretaris DPP Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang KH Muhyidin menilai tolok ukur makmur tidaknya masjid secara sepintas bisa diketahui dari keaktifan para remajanya.

"Kalau remajanya aktif maka masjid tersebut disebut makmur. Namun, bila ditinggalkan pemudanya yang terjadi masjid selalu tampak sepi tanpa gairah," kata Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah itu.

Selama ini, kata dia, masih banyak masjid ditinggalkan remaja karena aspirasi mereka belum terakomodasi, padahal penting mengoptimalkan potensi remaja dalam berkiprah memakmurkan masjid.

"Inilah pentingnya kesadaran merangkul remaja yang keren dengan sebutan generasi 'gadget'. Jangan biarkan generasi muda menjauhi masjid gara-gara komunikasi yang tidak nyambung dengan takmir," katanya. 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024