Cilacap (Antaranews Jateng) - Wilayah Jawa Tengah bagian selatan khususnya Kabupaten Cilacap dan sekitarnya diprakirakan memasuki awal musim hujan pada dasarian (10 hari, red.) pertama bulan November, kata Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap Teguh Wardoyo.

"Berdasarkan catatan, curah hujan di Cilacap pada dasarian ketiga atau akhir bulan Oktober akumulasinya mencapai 45 milimeter, sudah mendekati kriteria awal musim hujan yang sebesar 50 milimeter. Oleh karena itu, kami prakirakan awal musim hujan di Kabupaten Cilacap secara umum berlangsung pada awal bulan November," katanya di Cilacap, Jumat.

Ia memprakirakan kondisi tersebut juga terjadi di Kabupaten Banyumas dan sekitarnya yang sebelumnya dipakirakan memasuki awal musim hujan pada dasarian ketiga bulan Oktober 2018.

Dia mengatakan berdasarkan peta prakiraan, curah hujan pada bulan November 2018 di Kabupaten Cilacap secara umum diprediksi berkisar 300-500 milimeter.

Sementara curah hujan di Kabupaten Banyumas bagian barat, Kebumen bagian selatan, dan Purworejo bagian selatan diprakirakan berkisar 300-400 milimeter, sedangkan Banyumas bagian timur, Kebumen bagian utara, dan Purworejo bagian utara diprakirakan berkisar 400-500 milimeter.

"Wilayah yang berada di pegunungan tengah Jateng seperti Kabupaten Purbalingga, sebagian besar wilayah Banjarnegara, dan Wonosobo bagian selatan, curah hujan pada bulan November diprakirakan berkisar 400-500 milimeter," katanya.

Rawan longsor
Terkait dengan curah hujan yang masuk kategori tinggi itu, Teguh mengimbau warga yang bermukim di daerah rawan longsor untuk waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjadinya bencana tersebut.

Menurut dia, kondisi tanah di daerah perbukitan atau tebing yang kering akibat kemarau sangat rentan terhadap hujan sehingga mudah longsor.

"Jika ada retakan-retakan tanah, segeralah ditutup agar tidak longsor ketika terjadi hujan lebat," katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan pada masa transisi dari musim kemarau menuju musim hujan maupun sebaliknya, potensi terjadinya petir cukup tinggi karena bisa mencapai lebih dari 10 hari petir (jumlah hari yang ada petirnya, red.).

Akan tetapi pada masa transisi dari musim kemarau menuju musim hujan di Kabupaten Cilacap, kata dia, sama sekali tidak terpantau adanya petir yang terjadi.

"Dari pantauan Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara, memang sudah ada petir di Kabupaten Banjarnegara, tetapi frekuensinya tidak seperti biasanya, tidak sampai 10 hari petir," katanya.

Menurut dia, kondisi tersebut dipicu oleh pengaruh El Nino lemah yang berdampak terhadap berkurangnya curah hujan dan mundurnya musim hujan di wilayah Jawa Tengah. 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024