Solo (Antaranews Jateng) - Perusahaan pembiayaan FIFGroup menyatakan penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah tidak mempengaruhi kinerja Spektra sebagai salah satu anak perusahaan.

     "Justru ada kenaikan kinerja pada tahun ini jika dibandingkan dengan tahun lalu," kata Store Alliance Officer Solo Syarief Adhy Prasetya di sela kegiatan Spektra Meriah di Solo Grand Mall (SGM), Rabu.

      Ia mengatakan jika dibandingkan dengan tahun lalu, pada periode awal tahun hingga September 2018 ada kenaikan lebih dari 7 persen, yaitu dari penyaluran kredit sekitar Rp21 miliar naik menjadi Rp23 miliar.
 
   Untuk terus mendongkrak volume penyaluran kredit kepada masyarakat, pihaknya aktif menggelar kegiatan promo yang sifatnya memberikan keuntungan kepada masyarakat.

     "Seperti yang kami lakukan pada acara Spektra Meriah ini, selain kami meniadakan biaya administrasi dan uang muka, kami juga menurunkan besaran bunga cicilan," katanya.
 
   Ia mengatakan untuk biaya administrasi yang biasanya dikenakan kepada debitur sebesar Rp200 ribu dan uang muka sebesar 20 persen.

     "Sedangkan untuk bunga kredit kami turunkan, biasanya di kisaran 2,5 persen/bulan menjadi 1,5-2 persen/bulan," katanya.
 
   Dengan berbagai macam keringanan tersebut, pihaknya optimistis pada penyelenggaraan acara tanggal 23-28 Oktober 2018 ini realisasi transaksi akan tinggi.
 
   "Meski targetnya di angka Rp3 miliar, kami berambisi agar transaksi bisa sampai Rp4,5 miliar," katanya.

     Ia mengatakan meski penguatan dolar AS berdampak pada kenaikan harga produk sekitar 7 persen, dengan adanya keringanan tersebut maka kenaikan harga tidak akan dirasakan oleh masyarakat.
 
   "Di satu sisi harga produk naik 7 persen tetapi di sisi lain ada penurunan bunga yang kami berikan. Jadi kenaikan harga tidak akan terasa," katanya.
     

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Immanuel Citra Senjaya
Copyright © ANTARA 2024