Semarang (Antaranews Jateng) - Kreativitas para siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, dari kegiatan pembelajaran mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah.
"Para siswa membuat bermacam kerajinan sesuai kemampuan dan ketunaan mereka," kata Guru Pengampu Keterampilan SLBN Ungaran Andi Sunarko di Ungaran, Kabupaten Semarang, Selasa.
Beragam produk kerajinan yang dikreasi siswa berkebutuhan khusus itu, di antaranya berupa gantungan kunci, celengan, bingkai, tas selempang, bunga plastik, hiasan dinding, hingga batik.
Bahkan, kata dia, produk batik sangat diminati, terutama oleh sukarelawan asing dari Jerman, Belgia, dan Perancis yang ditempatkan di sekolah itu untuk mengajar yang membeli batik hasil kreasi para siswa.
"Setiap mereka kembali ke sini, pasti membawa temannya yang ikut membeli. Berhubung mereka di bawah naungan sekolah, hasil penjualannya kami belikan kembali bahan kerajinan," katanya.
Dengan adanya pembeli dari luar negeri, kata guru yang sudah 10 tahun mengajar itu, secara tidak langsung membantu mempromosikan batik dan produk kerajinan lainnya karya siswa.
Kalau untuk harga, kata dia, bergantung produknya, namun paling murah sekitar Rp2.000 hingga ratusan ribu rupiah yang biasanya dipamerkan dalam sejumlah ajang bazaar dan pameran.
"Saya tidak begitu memikirkan hasil penjualan dapat berapa. Hasilnya juga tidak tentu, tetapi yang terpenting adalah proses pembelajaran. Bagaimana siswa memiliki keterampilan dan kemandirian," katanya.
Dari hasil kerajinan tangan karya siswa itu, Andi berharap bisa membanggakan sekolah dan bermanfaat bagi prang lain, serta bisa memberikan keterampilan lebih banyak kepada siswa dan penyandang difabel lainnya.
"Kami memang terbatas, tetapi tetap ingin menjadi orang yang berkualitas. Semoga para difabel bisa mandiri dengan karya dan kreativitas. Menjadi kreatif itu wajib bagi penyandang difabel," katanya.
Sementara itu, Kepala SLBN Ungaran Asngari menjelaskan selama ini pihaknya telah bekerja sama dengan berbagai lembaga, salah satunya Dejavato yang rutin mengirimkan "volunteer" (sukarelawan).
"Mereka rutin menempatkan 'volunteer' ke sekolah ini dalam beberapa waktu. Ya, mereka ini membeli kerajinan siswa. Mereka kan dari luar negeri, kalau sengaja dipasarkan ke luar negeri memang belum," katanya.
Dari total 229 siswa di SLBN Ungaran, mulai jenjang taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah menengah atas (SMA), kata dia, kerajinan bernilai jual yang dimaksudkannya dihasilkan dari siswa SMALB.
"Siswa di sini kan dari TK sampai SMA. Semuanya ada pelajaran keterampilan, tetapi produk-produk yang sudah bernilai jual, ya, dari siswa SMA. Di SMALB ada sekitar 45 siswa," kata Asngari.
"Para siswa membuat bermacam kerajinan sesuai kemampuan dan ketunaan mereka," kata Guru Pengampu Keterampilan SLBN Ungaran Andi Sunarko di Ungaran, Kabupaten Semarang, Selasa.
Beragam produk kerajinan yang dikreasi siswa berkebutuhan khusus itu, di antaranya berupa gantungan kunci, celengan, bingkai, tas selempang, bunga plastik, hiasan dinding, hingga batik.
Bahkan, kata dia, produk batik sangat diminati, terutama oleh sukarelawan asing dari Jerman, Belgia, dan Perancis yang ditempatkan di sekolah itu untuk mengajar yang membeli batik hasil kreasi para siswa.
"Setiap mereka kembali ke sini, pasti membawa temannya yang ikut membeli. Berhubung mereka di bawah naungan sekolah, hasil penjualannya kami belikan kembali bahan kerajinan," katanya.
Dengan adanya pembeli dari luar negeri, kata guru yang sudah 10 tahun mengajar itu, secara tidak langsung membantu mempromosikan batik dan produk kerajinan lainnya karya siswa.
Kalau untuk harga, kata dia, bergantung produknya, namun paling murah sekitar Rp2.000 hingga ratusan ribu rupiah yang biasanya dipamerkan dalam sejumlah ajang bazaar dan pameran.
"Saya tidak begitu memikirkan hasil penjualan dapat berapa. Hasilnya juga tidak tentu, tetapi yang terpenting adalah proses pembelajaran. Bagaimana siswa memiliki keterampilan dan kemandirian," katanya.
Dari hasil kerajinan tangan karya siswa itu, Andi berharap bisa membanggakan sekolah dan bermanfaat bagi prang lain, serta bisa memberikan keterampilan lebih banyak kepada siswa dan penyandang difabel lainnya.
"Kami memang terbatas, tetapi tetap ingin menjadi orang yang berkualitas. Semoga para difabel bisa mandiri dengan karya dan kreativitas. Menjadi kreatif itu wajib bagi penyandang difabel," katanya.
Sementara itu, Kepala SLBN Ungaran Asngari menjelaskan selama ini pihaknya telah bekerja sama dengan berbagai lembaga, salah satunya Dejavato yang rutin mengirimkan "volunteer" (sukarelawan).
"Mereka rutin menempatkan 'volunteer' ke sekolah ini dalam beberapa waktu. Ya, mereka ini membeli kerajinan siswa. Mereka kan dari luar negeri, kalau sengaja dipasarkan ke luar negeri memang belum," katanya.
Dari total 229 siswa di SLBN Ungaran, mulai jenjang taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah menengah atas (SMA), kata dia, kerajinan bernilai jual yang dimaksudkannya dihasilkan dari siswa SMALB.
"Siswa di sini kan dari TK sampai SMA. Semuanya ada pelajaran keterampilan, tetapi produk-produk yang sudah bernilai jual, ya, dari siswa SMA. Di SMALB ada sekitar 45 siswa," kata Asngari.