Cilacap (Antaranews Jateng) - Pembangunan infrastruktur merupakan sarana untuk mendukung percepatan pengembangan sektor perekonomian dalam jangka panjang, kata pengusaha properti asal Cilacap, Nanang Anggoro.
"Tanpa infrastruktur, kita akan hidup di dalam kemunduran. Walaupun mungkin saat ini dengan adanya proyek pembangunan infrastruktur memperlambat (perekonomian)," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Kamis.
Dia mencontohkan pengecoran beton yang sedang dilakukan pada ruas Jalan Raya Sampang, Kabupaten Cilacap, berdampak pada pendapatan toko-toko di sekitarnya selama proyek itu berjalan.
Akan tetapi, dalam jangka panjang atau setelah proyek pengecoran tersebut selesai, lanjut dia, pendapatan toko-toko di sekitar jalan itu diperkirakan bakal jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.
"Bahasa sederhananya mungkin sengsara jangka pendek, nikmat jangka panjang kalau kita bicara tentang infrastruktur. Saat ini (selama proyek pembangunan infrastruktur berlangsung) mungkin belum bisa merasakan manfaatnya, tapi setelah jadi pasti akan merasakan dampak yang luar biasa," kata dia yang dipercaya sebagai Bendahara Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kabupaten Banyumas.
Ia mengatakan dampak positif yang dapat dirasakan dari pembangunan infrastruktur salah satunya berupa pemangkasan waktu tempuh dari Cilacap menuju Jakarta berkat adanya Jalan Tol Trans Jawa di wilayah pantai utara (pantura).
Sebelum adanya Jalan Tol Trans Jawa, kata dia, perjalanan dari Cilacap menuju Jakarta bisa memakan waktu sampai 11 jam namun sekarang bisa ditempuh dalam waktu tujuh jam sehingga bisa menghemat waktu sekitar empat jam dan menghemat biaya bahan bakar minyak (BBM) lebih kurang Rp200.000 per mobil.
"Artinya, dampak positif dari pembangunan infrastruktur khususnya jalan tol bisa menekan apa pun yang kita butuhkan. Apalagi kalau jalan tol Cilacap-Bandung bisa terealisasi," katanya.
Nanang mengakui adanya pro-kontra terkait dengan pembangunan jalan tol di sejumlah daerah seperti halnya yang terjadi di tol Cipali.
Dalam hal ini, kata dia, toko dan rumah makan di jalan yang lama banyak yang tutup karena sebagian besar kendaraan beralih ke tol Cipali demi memangkas waktu tempuh.
Akan tetapi dari sisi properti, lanjut dia, tidak terpusat di satu lokasi atau kawasan tertentu (aglomerasi) melainkan bergerak sehingga terjadi pemerataan.
"Penolakan terhadap pembangunan infrastruktur pasti ada karena mereka belum siap dengan dampak jangka pendeknya. Misalnya, untuk membangun tol Bandung-Cilacap mungkin butuh waktu dua hingga tiga tahun namun di satu sisi, sekitar 20-30 persen orang inginnya instan atau mempertanyakan apa pentingnya pembangunan jalan tol itu karena mereka belum punya mobil," katanya.
Padahal ketika sudah ada jalan tol dan telah punya mobil, kata dia, orang-orang itu akan merasakan manfaatnya terutama dalam penghematan biaya operasional dan waktu tempuhnya juga lebih cepat.
Dengan demikian, lanjut dia, waktu distribusi barang maupun jasa akan lebih cepat sehingga harganya bisa ditekan dan perekonomian dapat berkembang pesat.
"Tanpa infrastruktur, kita akan hidup di dalam kemunduran. Walaupun mungkin saat ini dengan adanya proyek pembangunan infrastruktur memperlambat (perekonomian)," katanya di Cilacap, Jawa Tengah, Kamis.
Dia mencontohkan pengecoran beton yang sedang dilakukan pada ruas Jalan Raya Sampang, Kabupaten Cilacap, berdampak pada pendapatan toko-toko di sekitarnya selama proyek itu berjalan.
Akan tetapi, dalam jangka panjang atau setelah proyek pengecoran tersebut selesai, lanjut dia, pendapatan toko-toko di sekitar jalan itu diperkirakan bakal jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.
"Bahasa sederhananya mungkin sengsara jangka pendek, nikmat jangka panjang kalau kita bicara tentang infrastruktur. Saat ini (selama proyek pembangunan infrastruktur berlangsung) mungkin belum bisa merasakan manfaatnya, tapi setelah jadi pasti akan merasakan dampak yang luar biasa," kata dia yang dipercaya sebagai Bendahara Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kabupaten Banyumas.
Ia mengatakan dampak positif yang dapat dirasakan dari pembangunan infrastruktur salah satunya berupa pemangkasan waktu tempuh dari Cilacap menuju Jakarta berkat adanya Jalan Tol Trans Jawa di wilayah pantai utara (pantura).
Sebelum adanya Jalan Tol Trans Jawa, kata dia, perjalanan dari Cilacap menuju Jakarta bisa memakan waktu sampai 11 jam namun sekarang bisa ditempuh dalam waktu tujuh jam sehingga bisa menghemat waktu sekitar empat jam dan menghemat biaya bahan bakar minyak (BBM) lebih kurang Rp200.000 per mobil.
"Artinya, dampak positif dari pembangunan infrastruktur khususnya jalan tol bisa menekan apa pun yang kita butuhkan. Apalagi kalau jalan tol Cilacap-Bandung bisa terealisasi," katanya.
Nanang mengakui adanya pro-kontra terkait dengan pembangunan jalan tol di sejumlah daerah seperti halnya yang terjadi di tol Cipali.
Dalam hal ini, kata dia, toko dan rumah makan di jalan yang lama banyak yang tutup karena sebagian besar kendaraan beralih ke tol Cipali demi memangkas waktu tempuh.
Akan tetapi dari sisi properti, lanjut dia, tidak terpusat di satu lokasi atau kawasan tertentu (aglomerasi) melainkan bergerak sehingga terjadi pemerataan.
"Penolakan terhadap pembangunan infrastruktur pasti ada karena mereka belum siap dengan dampak jangka pendeknya. Misalnya, untuk membangun tol Bandung-Cilacap mungkin butuh waktu dua hingga tiga tahun namun di satu sisi, sekitar 20-30 persen orang inginnya instan atau mempertanyakan apa pentingnya pembangunan jalan tol itu karena mereka belum punya mobil," katanya.
Padahal ketika sudah ada jalan tol dan telah punya mobil, kata dia, orang-orang itu akan merasakan manfaatnya terutama dalam penghematan biaya operasional dan waktu tempuhnya juga lebih cepat.
Dengan demikian, lanjut dia, waktu distribusi barang maupun jasa akan lebih cepat sehingga harganya bisa ditekan dan perekonomian dapat berkembang pesat.