Solo (Antaranews Jateng) - Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Surakarta, Jawa Tengah, menyatakan mulai banyak pengusaha di bidang mebel, terutama para eksportir, yang memanfaatkan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) untuk memperoleh omzet yang lebih besar.
"Untuk kenaikan omzetnya bisa lebih dari 15 persen karena kan barang kami yang ke sana jadi lebih murah sehingga permintaan meningkat," kata Ketua Himki Surakarta Adi Dharma Santoso di Solo, Jumat.
Ia mengatakan memang belum semua pengusaha mebel bisa memanfaatkan situasi tersebut mengingat Amerika Serikat belum menjadi pasar terbesar pengusaha mebel Soloraya.
Menurut dia, sejauh ini Eropa masih menjadi tujuan ekspor terbesar baru kemudian disusul Amerika Serikat. Ia mengatakan dari total ekspor yang dilakukan, kontribusi pasar Amerika Serikat sekitar 40 persen.
"Kalau untuk pengiriman sendiri bervariasi, satu perusahaan bisa mengirimkan 2-20 kontainer/bulan khusus ekspor, tergantung dari kapasitas mereka," katanya.
Adapun, dikatakannya, saat ini permintaan mebel dari pasar Amerika Serikat didominasi oleh mebel luar ruangan. Ia mengatakan sudah menjadi tren tahunan pada periode Agustus-Februari banyak permintaan untuk furnitur luar ruangan.
Sementara itu, dikatakannya, peningkatan omzet tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh menguatnya dolar AS tetapi juga dampak dari perang dagang yang terjadi antara AS dengan Tiongkok.
Menurut dia, kondisi tersebut berdampak pada konsumen yang akhirnya mengalihkan permintaan ke negara lain termasuk Indonesia.
"Jadi kami kena dampak positif dari perang dagang ini, harapannya ini bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh pelaku usaha mebel di Soloraya," katanya.
"Untuk kenaikan omzetnya bisa lebih dari 15 persen karena kan barang kami yang ke sana jadi lebih murah sehingga permintaan meningkat," kata Ketua Himki Surakarta Adi Dharma Santoso di Solo, Jumat.
Ia mengatakan memang belum semua pengusaha mebel bisa memanfaatkan situasi tersebut mengingat Amerika Serikat belum menjadi pasar terbesar pengusaha mebel Soloraya.
Menurut dia, sejauh ini Eropa masih menjadi tujuan ekspor terbesar baru kemudian disusul Amerika Serikat. Ia mengatakan dari total ekspor yang dilakukan, kontribusi pasar Amerika Serikat sekitar 40 persen.
"Kalau untuk pengiriman sendiri bervariasi, satu perusahaan bisa mengirimkan 2-20 kontainer/bulan khusus ekspor, tergantung dari kapasitas mereka," katanya.
Adapun, dikatakannya, saat ini permintaan mebel dari pasar Amerika Serikat didominasi oleh mebel luar ruangan. Ia mengatakan sudah menjadi tren tahunan pada periode Agustus-Februari banyak permintaan untuk furnitur luar ruangan.
Sementara itu, dikatakannya, peningkatan omzet tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh menguatnya dolar AS tetapi juga dampak dari perang dagang yang terjadi antara AS dengan Tiongkok.
Menurut dia, kondisi tersebut berdampak pada konsumen yang akhirnya mengalihkan permintaan ke negara lain termasuk Indonesia.
"Jadi kami kena dampak positif dari perang dagang ini, harapannya ini bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh pelaku usaha mebel di Soloraya," katanya.