Temanggung (Antaranews Jateng) - Petani di kawasan lereng Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, sebagian besar sudah mengembangkan pertanian "pola tlahab", yakni model diversifikasi tanaman dengan tanaman utama tembakau dan kopi arabika.

"Kemudian tumpang sari dengan jenis tanaman lainnya seperti kacang koro, sayuran, cabai, bawang, dan jagung," kata Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Java Kopi Arabika Sindoro Sumbing, Tuhar di Temanggung, Jumat.

Gagasan Pola Tlahab pertama kali dicetuskan mantan Bupati Temanggung Hasyim Afandi pada 2010 untuk mengantisipasi risiko kegagalan panen tembakau yang sering dialami petani akibat cuaca tidak menentu.

Ketika itu dikembangkan pola tlahab di lahan percontohan milik pemda seluas 0,4 hektare di Desa Tlahap, Kecamatan Kledung, maka kemudian dikenal dengan sebutan pola Tlahap.

Selain untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, katanya pola Tlahab dengan sistem tumpang sari ini juga bermanfaat untuk mengkonservasi lahan pertanian dan sumber air di lereng gunung pada kemiringan rata-rata 70 derajat, dengan tanaman kopi. Pola ini juga untuk mengikis "tembakau minded" pada petani.

Ia mengatakan pola Tlahab kini telah diikuti petani di Kabupaten Wonosobo dan Temanggung yang berada di lereng Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.

Ia menyebutkan dari total luasan tanaman kopi arabika di Gunung Sindoro dan Sumbing sekitar 1.700 hektare, 60 persennya sudah mengadopsi pola Tlahab.

"Khusus di Desa Tlahab sudah ada 200 hektare yang melakukan diversifikasi tanaman," katanya.

Ia mengatakan pola Tlahab dikembangkan di tiga kecamatan di Temanggung, yakni Bulu, Bansari, dan Kledung. 
 

Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024