Jakarta (Antaranews Jateng) - Enam sastrawan dari berbagai daerah menerima Anugerah Sastra Rancage pada Rabu malam di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Anugerah Sastra Rancage adalah satu pengahrgaan bagi karya sastra yang ditulis dalam bahasa ibu.
Wakil sekretaris Yayasan Kebudayaan Rancage Dadan Sutisna mengatakan pada tahun ini hadiah Sastra Rancage diberikan kepada penulis sastra Sunda, Jawa, Bali, Lampung, Batak dan Banjar.
"Tahun ini ada sekitar 50 karya sastra yang masuk telah melewati beberapa seleksi. Kebanyakan karya sastra yang masuk berupa prosa atau puisi," kata Dadan.
Karya sastra dari masing-masing daerah akam dinilai oleh ahli yang berasal dari daerah tersebut.
Beberapa hal yang menjadi penilaian antara lain kemampuan bahasa, apakah penulis menguasai bahasa daerah dengan baik. Kemudian penilaian kesusastraan secara umum.
Untuk dapat dinilai, maka setiap daerah minimal harus mempunyai tiga karya sastra berbahasa ibu.
Pada tahun ini anugerah Rancage untuk sastra Sunda jatuh kepada "Ming" karya Nazarudin Azhar, sastra Jawa jatuh kepada "Kakang Kawah Adi Ari-ari" karya Suharmono.
Kemudian untuk sastra Bali, untuk sastra berjudul "Bulan Sisi Kauh" karya Nirguna, sastra Lampung kepada "Semilau, Sang Rumpun Sajak" karya Muhammad Harya Ramdhoni.
Kemudian sastra Batak kepada "Bangso na Jugul Do Hami" karya Panusunan Simanjuntak, untuk sastra Banjar jatuh kepada "Pilanggur" yang merupakan kumpulan cerpen dari Hatmiati.
Sementara itu penghargaan Samsudi yaitu penghargaan untuk bacaan anak-anak dalam bahasa Sunda diberikan kepada Ulin di Monumen karya Tetti Hodijah.
Angerah Sastra Rancage tahun ini telah memasuki usianya ke-30 tahun, selama kurun waktu tersebut sudah ada 100 orang pegiat sastra berbahasa ibu yang diberikan penghargaan.
Ke depan mereka berharap akan ada lebih banyak daerah yang ikut berpartisipasi mengirimkan karya sastra berbahasa ibu.(Editor : Desi Purnamawati).
Anugerah Sastra Rancage adalah satu pengahrgaan bagi karya sastra yang ditulis dalam bahasa ibu.
Wakil sekretaris Yayasan Kebudayaan Rancage Dadan Sutisna mengatakan pada tahun ini hadiah Sastra Rancage diberikan kepada penulis sastra Sunda, Jawa, Bali, Lampung, Batak dan Banjar.
"Tahun ini ada sekitar 50 karya sastra yang masuk telah melewati beberapa seleksi. Kebanyakan karya sastra yang masuk berupa prosa atau puisi," kata Dadan.
Karya sastra dari masing-masing daerah akam dinilai oleh ahli yang berasal dari daerah tersebut.
Beberapa hal yang menjadi penilaian antara lain kemampuan bahasa, apakah penulis menguasai bahasa daerah dengan baik. Kemudian penilaian kesusastraan secara umum.
Untuk dapat dinilai, maka setiap daerah minimal harus mempunyai tiga karya sastra berbahasa ibu.
Pada tahun ini anugerah Rancage untuk sastra Sunda jatuh kepada "Ming" karya Nazarudin Azhar, sastra Jawa jatuh kepada "Kakang Kawah Adi Ari-ari" karya Suharmono.
Kemudian untuk sastra Bali, untuk sastra berjudul "Bulan Sisi Kauh" karya Nirguna, sastra Lampung kepada "Semilau, Sang Rumpun Sajak" karya Muhammad Harya Ramdhoni.
Kemudian sastra Batak kepada "Bangso na Jugul Do Hami" karya Panusunan Simanjuntak, untuk sastra Banjar jatuh kepada "Pilanggur" yang merupakan kumpulan cerpen dari Hatmiati.
Sementara itu penghargaan Samsudi yaitu penghargaan untuk bacaan anak-anak dalam bahasa Sunda diberikan kepada Ulin di Monumen karya Tetti Hodijah.
Angerah Sastra Rancage tahun ini telah memasuki usianya ke-30 tahun, selama kurun waktu tersebut sudah ada 100 orang pegiat sastra berbahasa ibu yang diberikan penghargaan.
Ke depan mereka berharap akan ada lebih banyak daerah yang ikut berpartisipasi mengirimkan karya sastra berbahasa ibu.(Editor : Desi Purnamawati).