Solo (Antaranews Jateng) - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Surakarta menyatakan angka deflasi di Kota Solo pada bulan Agustus bukan berarti mencerminkan adanya penurunan permintaan atau daya beli masyarakat.

"Kalau melihat data kan tidak bisa `one shot time`. Kita lihat dulu berikutnya seperti apa," kata Deputi Kepala Perwakilan BI Kota Surakarta Muhammad Taufik Amrozy di Solo, Selasa.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada bulan Agustus 2018 Kota Solo mengalami deflasi 0,58 persen. Angka ini turun jika dibandingkan dengan bulan Juli yang mengalami inflasi 0,09 persen

Ia mengatakan deflasi kali ini belum bisa disimpulkan bahwa daya beli masyarakat turun. Menurut dia, inflasi dan deflasi kali ini merupakan siklus berulang pada tahun lalu.

"Kecuali kalau terus-menerus deflasi baru tanda tanya. Serinya seperti apa baru kita tahu ini bisa disimpulkan," katanya.?

Menurut dia, deflasi kali ini hanya bersifat sementara seiring dengan selesainya hingar-bingar Lebaran dan Idul Adha.?

"Dampaknya adalah permintaan berkurang. Kalau kebutuhan naik pastinya mintanya lebih banyak. Ini belum bisa disimpulkan," katanya.

Sebelumnya, BPS Kota Surakarta mencatat dari sebanyak 119 komoditas yang mengalami perubahan harga, 49 komoditas di antaranya mengalami penurunan harga.

Menurut Kepala BPS Kota Surakarta R Bagus Rahmat Susanto 10 komoditas utama penghambat inflasi di antaranya tarif angkutan udara yang mengalami penurunan tarif sebesar 21,65 persen dan memberikan sumbangan terhadap deflasi sebesar 0,1901 persen.

"Selanjutnya ada cabai rawit yang mengalami penurunan harga sebesar 20,82 persen yang memberikan sumbangan terhadap deflasi sebesar 0,0709 persen," katanya.

Selain itu, ada telur ayam yang mengalami penurunan harga sebesar 15,40 persen dan memberikan sumbangan terhadap deflasi sebesar 0,1286 persen, serta komoditas beras yang mengalami penurunan harga sebesar 2,34 persen dan memberikan sumbangan terhadap deflasi sebesar 0,1188 persen.

Ia mengatakan deflasi kali ini lebih karena penurunan harga sejumlah komoditas yang biasa terjadi pascalebaran.

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024