Solo (Antaranews Jateng) - Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta mengajak para petani lokal untuk menggunakan pupuk kompos untuk menekan biaya operasional.
     
"Selain lebih murah dan sederhana, sebenarnya penggunaan pupuk kompos maupun pupuk kandang jauh lebih aman hasilnya daripada pupuk kimia," kata Wakil Dekan Fakultas Pertanian Unisri Surakarta Sartono di Solo, Minggu.
     
Ia mengatakan ajakan tersebut dilakukan pada kegiatan pengabdian masyarakat dalam produksi pupuk kompos para petani di Desa Batusari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, beberapa waktu lalu. 
     
Pihaknya berharap, kesadaran masyarakat menggunakan pupuk alam baik kompos maupun pupuk kandang kembali terbangun.
     
Ia mengatakan untuk pembuatan pupuk kompos sangat mudah, murah, dan sederhana mengingat bahan dan peralatannya gampang diperoleh di toko-toko, di antaranya komposter, sampah organik, bakteri pengurai (EM4), dan alat semprot. 
     
"Komposter yang merupakan alat untuk pembuat kompos cair bisa berupa tong sampah plastik atau kotak semen yang biasanya diletakkan di luar ruangan. Adapun sampah organik yang bisa dimanfaatkan untuk kompos di antaranya sampah sayur seperti kangkung, bayam, wortel, kentang, dan pepaya," katanya.
     
Cara pembuatannya, beberapa bahan kompos yang sudah dicacah dimasukkan ke komposter lalu disemprot dengan air yang sudah dicampur dengan bakteri pengurai EM4 dan setelah selesai harus ditutup rapat.
     
"Begitu seterusnya hingga komposter itu penuh dengan kompos. Untuk memanen pupuk kompos cair hanya butuh waktu 5-7 hari, sedang kompos padat kurang lebih dua bulan," katanya.
     
Ia berharap cara pembuatan pupuk kompos tidak hanya diterapkan oleh para petani di Wonogiri tetapi juga bisa diaplikasikan para petani di daerah lain.


 

Pewarta : Aris Wasita
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024