Silvia Halim bersikap tegas hadapi kontraktor dan pekerja laki-laki

Rabu, 15 Agustus 2018 8:33 WIB

Jakarta (Antaranews Jateng) - Ada banyak profesi yang didominasi oleh kaum adam, seperti dunia konstruksi, tapi Silvia Halim jadi sebagian perempuan yang mendobrak stereotipe itu. 

Silvia adalah Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta yang sedang menyelesaikan proyek MRT demi mengurangi kemacetan di ibu kota. 

"Ada profesi yang tidak identik dengan perempuan, tapi sekarang makin banyak perempuan di dunia konstruksi," ujar lulusan Teknik Sipil Nanyang Technological University Singapura itu di acara Pantene #SiapaBilangGakBisa, Jakarta, Selasa.

Apa yang ia kerjakan saat ini membuktikan bahwa perempuan juga bisa bekerja di tempat yang didominasi laki-laki. 

Dia bisa bersikap tegas menghadapi kontraktor dan pekerja laki-laki, juga tidak segan terpapar sinar matahari, debu dan penuh peluh.

"Sudah saatnya tidak mengkotak-kotakkan mana pekerjaan untuk perempuan dan laki-laki," kata Silvia, bersyukur tempatnya bekerja memberi kesempatan setara bagi perempuan dan laki-laki untuk mengejar karir.

Pekerjaan ini bukan hal mudah, tapi ia tetap bertahan karena apa yang dikerjakannya bakal berguna untuk masyarakat.

"Ini cara saya membuat perbedaan, saya bisa berkontribusi dan ini jalan saya," kata Silvia, menambahkan pekerjaannya menuntun semua harus dilakukan secara sempurna.

Sebagai perempuan yang jadi bagian manajemen, ia juga bisa menyumbangkan masukan dari sudut pandang kaum Hawa dalam membuat kebijakan, sehingga MRT kelak bisa memenuhi kebutuhan penumpang pria maupun wanita.

Pantene membuat kampanye #SiapaBilangGakBisa untuk mendorong perempuan Indonesia agar bisa mendobrak ekspektasi melalui cerita para wanita kuat.

Berdasarkan survei Pantene, 9 dari 10 wanita Indonesia merasa harus selalu memenuhi ekspektasi dari keluarga dan juga masyarakat yang memiliki harapan tertentu terhadap mereka. 

Seolah peran wanita sudah ditentukan sejak lahir, para wanita berupaya untuk tidak mengabaikan setiap ekspektasi tersebut agar segala sesuatunya tidak menjadi sebuah kesalahan dan masalah yang rumit. 

Ketika mereka harus memilih antara melanjutkan pendidikan, memilih pekerjaan yang tepat atau menentukan waktu untuk menikah, di saat itulah mereka harus memutuskan untuk tujuan hidup mereka. 

91 persen wanita Indonesia mengaku ingin memiliki keluarga dan menjajaki dunia karir di saat yang bersamaan, namun banyak kendala yang membuat mereka tidak dapat melakukan keduanya.

48 persen di antaranya karena tidak memiliki kesempatan untuk belajar, 38 persen merasa harus menyeimbangkan antara pekerjaan dan pendidikannya, sedangkan 28 persen lagi harus berjuang melawan ekspektasi dan kritikan sosial dari masyarakat.(Editor : Monalisa).

Pewarta : Nanien Yuniar
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Haedar Nashir sebut Muhammadiyah bersikap netral masalah hak angket

24 February 2024 7:48 Wib

Pemkab Batang ingatkan kades bersikap netral di Pemilu 2024

18 December 2023 15:34 Wib

Bupati Wonosobo imbau Korpri bersikap netral pada Pemilu 2024

25 November 2023 15:33 Wib

Wali Kota Magelang ingatkan ASN bersikap sederhana

22 May 2023 21:37 Wib

ASN dan perangkat desa di Kudus harus netral

15 February 2023 7:42 Wib, 2023
Terpopuler

Kalangan akademisi ramaikan Pilkada Surakarta

PERISTIWA - 25 April 2024 15:48 Wib

Wali Kota Surakarta gandeng sepatu lokal bantu siswa kurang mampu

PERISTIWA - 26 April 2024 13:27 Wib

Nyalanesia gandeng sejumlah pemda beri pendampingan literasi sekolah

PERISTIWA - 27 April 2024 17:07 Wib

PDAM Kota Magelang berikan subsidi masyarakat berpenghasilan rendah

PERISTIWA - 25 April 2024 15:49 Wib

Pemerintah berkomitmen percepat masa tanam padi

EKONOMI - 23 April 2024 16:39 Wib