Kudus (Antaranews Jateng) - Pemerintah diminta segera menuntaskan masalah gula petani yang belum semuanya terserap karena melimpahnya stok gula di pasaran seiring dibukanya keran impor gula.
"Masalah gula petani cukup kompleks karena tidak hanya soal harga gula tani yang hanya Rp9.700 per kilogram, karena juga ada masalah kebijakan pemerintah yang informasinya tebu petani sedang digiling, pemerintah justru impor gula," kata Anggota Dewan Perwakilan Daerah RI asal Jawa Tengah Bambang Sadono ketika ditemui di sela-sela mengunjungi Pabrik Gula Rendeng Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Kamis.
Selain itu, kata dia, gula rafinasi yang diduga merembet ke pasar juga patut menjadi perhatian dan pemerintah harus bertanggung jawab jika hal itu benar-benar terjadi.
Dengan beberapa permasalahan tersebut, dia memastikan, akan menghambat penyerapan gula petani di pasaran.
Oleh karena itu, dirinya mengunjungi PG Rendeng dalam rangka memantau masalah pergulaan karena hal itu merupakan masalah yang serius bagi perekonomian di Tanah Air.
Dalam jangka panjang, kata Bambang, tentu mengkhawatirkan karena kultur tanam tebu bisa menjadi surut karena petani tidak bersemangat untuk menanamnya dan dimungkinkan lebih tertarik menanam tanaman padi.
Padahal, lanjut dia, menanam tanaman tebu memiliki risiko yang lebih berat dibandingkan komoditas lainnya.
"Jika kebiasaan menanam tebu menjadi hilang, akan semakin jauh lagi cita-cita swasembada gula dan semakin bergantung pasokan dari luar negeri," ujarnya.
Harga gula yang ditawarkan pemerintah saat ini, kata dia, menurut petani tidak ideal dan masalah semakin kompleks menyusul adanya gula impor.
Menurut dia, Perum Bulog juga belum tentu bisa menyerap gula petani semuanya dengan mempertimbangkan harga jual gula di pasaran.
"Pemerintah harus segera mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah seperti ini. Jika kebijakan tidak jelas dan masalah tidak selesai-selesai tentunya petani juga dirugikan," ujarnya.
Terkait rencana revitalisasi PG Rendeng Kudus, ia mengharapkan kapasitas produksinya bisa meningkat dan bisa membantu memenuhi target swasembada gula.
Hal itu, kata dia, harus diimbangi dengan pasokan tebu petani yang memadai karena masalah petani dalam menanam tebu juga cukup kompleks, mulai dari pupuk hingga ketersediaan air.
"Kami tentu berharap, semua masalah yang terjadi bisa diurai satu per satu sehingga suasana pertebuan dan pergulaan semakin baik dan cita-cita swasembada gula bisa tercapai," ujarnya.
"Masalah gula petani cukup kompleks karena tidak hanya soal harga gula tani yang hanya Rp9.700 per kilogram, karena juga ada masalah kebijakan pemerintah yang informasinya tebu petani sedang digiling, pemerintah justru impor gula," kata Anggota Dewan Perwakilan Daerah RI asal Jawa Tengah Bambang Sadono ketika ditemui di sela-sela mengunjungi Pabrik Gula Rendeng Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Kamis.
Selain itu, kata dia, gula rafinasi yang diduga merembet ke pasar juga patut menjadi perhatian dan pemerintah harus bertanggung jawab jika hal itu benar-benar terjadi.
Dengan beberapa permasalahan tersebut, dia memastikan, akan menghambat penyerapan gula petani di pasaran.
Oleh karena itu, dirinya mengunjungi PG Rendeng dalam rangka memantau masalah pergulaan karena hal itu merupakan masalah yang serius bagi perekonomian di Tanah Air.
Dalam jangka panjang, kata Bambang, tentu mengkhawatirkan karena kultur tanam tebu bisa menjadi surut karena petani tidak bersemangat untuk menanamnya dan dimungkinkan lebih tertarik menanam tanaman padi.
Padahal, lanjut dia, menanam tanaman tebu memiliki risiko yang lebih berat dibandingkan komoditas lainnya.
"Jika kebiasaan menanam tebu menjadi hilang, akan semakin jauh lagi cita-cita swasembada gula dan semakin bergantung pasokan dari luar negeri," ujarnya.
Harga gula yang ditawarkan pemerintah saat ini, kata dia, menurut petani tidak ideal dan masalah semakin kompleks menyusul adanya gula impor.
Menurut dia, Perum Bulog juga belum tentu bisa menyerap gula petani semuanya dengan mempertimbangkan harga jual gula di pasaran.
"Pemerintah harus segera mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah seperti ini. Jika kebijakan tidak jelas dan masalah tidak selesai-selesai tentunya petani juga dirugikan," ujarnya.
Terkait rencana revitalisasi PG Rendeng Kudus, ia mengharapkan kapasitas produksinya bisa meningkat dan bisa membantu memenuhi target swasembada gula.
Hal itu, kata dia, harus diimbangi dengan pasokan tebu petani yang memadai karena masalah petani dalam menanam tebu juga cukup kompleks, mulai dari pupuk hingga ketersediaan air.
"Kami tentu berharap, semua masalah yang terjadi bisa diurai satu per satu sehingga suasana pertebuan dan pergulaan semakin baik dan cita-cita swasembada gula bisa tercapai," ujarnya.