Pati (Antaranews Jateng) - Pelaksanaan program kartu tani dalam pendistribusian pupuk bersubsidi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, hingga kini belum terlaksana secara maksimal mengingat masih banyak petani yang belum mengantongi kartu tani.
"Informasi dari BRI, pencetakan kartu tani sudah mencapai 90 persen," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pati Muchtar Efendi di Pati, Rabu.
Hanya saja, kata dia, pendistribusiannya belum mencapai angka tersebut karena berbagai permasalahan di lapangan.
Di antaranya, lanjut dia, nama yang tertera pada kartu tani sulit ditemui, rekening tabungan petani belum diisi saldo yang berguna untuk melakukan transaksi pembelian pupuk, dan ada pula karena permasalahan nomor induk kependudukan (NIK) yang berbeda.
Ketika digelar pertemuan dengan petani, katanya, yang bersedia hadir biasanya juga sedikit karena berkisar 30-an persen.
Ia menduga masih banyak petani yang belum memahami program kartu tani sehingga kepeduliannya masih perlu ditingkatkan.
"Kami juga berulang kali melakukan sosialisasi kepada petani melalui Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)," ujarnya.
Menurut dia sosialisasi program kartu tani sudah sering dilakukan, namun masih ada petani yang tergabung dalam kelompok tidak aktif menghadiri setiap kali ada pertemuan yang membahas berbagai permasalahan, termasuk kartu tani.?
Padahal, kata dia, dengan adanya program kartu tani, maka ketersediaan pupuk bersubsidi untuk para petani tersedia dengan aman sesuai kebutuhan.
Sejumlah permasalahan yang terjadi, katanya, merupakan hal lumrah terjadi karena saat ini merupakan masa transisi penerapan program kartu tani tersebut.
"Informasi dari BRI, pencetakan kartu tani sudah mencapai 90 persen," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pati Muchtar Efendi di Pati, Rabu.
Hanya saja, kata dia, pendistribusiannya belum mencapai angka tersebut karena berbagai permasalahan di lapangan.
Di antaranya, lanjut dia, nama yang tertera pada kartu tani sulit ditemui, rekening tabungan petani belum diisi saldo yang berguna untuk melakukan transaksi pembelian pupuk, dan ada pula karena permasalahan nomor induk kependudukan (NIK) yang berbeda.
Ketika digelar pertemuan dengan petani, katanya, yang bersedia hadir biasanya juga sedikit karena berkisar 30-an persen.
Ia menduga masih banyak petani yang belum memahami program kartu tani sehingga kepeduliannya masih perlu ditingkatkan.
"Kami juga berulang kali melakukan sosialisasi kepada petani melalui Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)," ujarnya.
Menurut dia sosialisasi program kartu tani sudah sering dilakukan, namun masih ada petani yang tergabung dalam kelompok tidak aktif menghadiri setiap kali ada pertemuan yang membahas berbagai permasalahan, termasuk kartu tani.?
Padahal, kata dia, dengan adanya program kartu tani, maka ketersediaan pupuk bersubsidi untuk para petani tersedia dengan aman sesuai kebutuhan.
Sejumlah permasalahan yang terjadi, katanya, merupakan hal lumrah terjadi karena saat ini merupakan masa transisi penerapan program kartu tani tersebut.