Surabaya (Antaranews Jateng) - Aktris Sha Ine Febriyanti mementaskan lakon teater monolog yang mengisahkan perjuangan pahlawan wanita asal Aceh, Cut Nyak Dhien, di Gedung Kesenian Cak Durasim Surabaya, Jawa Timur, Selasa malam.
"Surabaya adalah kota ke- 14 yang saya singgahi untuk pementasan lakon ini," katanya kepada wartawan di Surabaya usai pementasan.
Lakon monolog Cut Nyak Dhien yang naskahnya ditulis oleh Prajna Paramita itu disutradarai dan dimainkan sendiri oleh Sha Ine Febriyanti. Sejak tahun 2014 telah dipentaskan keliling ke berbagai kota di Indonesia.
"Melalui pementasan monolog ini saya harap bisa menjadi kendaraan Cut Nyak Dhien untuk menyebar spirit perjuangannya kepada generasi muda Indonesia yang hidup di zaman sekarang," ujarnya.
Ine merasa generasi muda sekarang mengalami kesulitan akses informasi untuk mengenal para pahlawannya yang dulu berjuang mengorbankan seluruh jiwa dan raganya untuk bangsa dan negara dalam mengusir penjajah.
"Saya sih tidak muluk-muluk. Paling tidak dengan mementaskan lakon monolog ini dengan berkeliling ke berbagai kota di Indonesia, audien yang hadir bisa merasakan perjuangan beliau," katanya.
Bagi Ine, spirit perjuangan Cut Nyak Dhien saat berjuang mengusir penjajahan Belanda di era 1848 - 1908 agung sekali.
"Saya berharap kita yang hidup 100 tahun setelah Cut Nyak Dien, melalui pentas monolog ini, bisa mengenal secara dekat perjuangan beliau," ucapnya.(Editor : Kunto Wibisono).
"Surabaya adalah kota ke- 14 yang saya singgahi untuk pementasan lakon ini," katanya kepada wartawan di Surabaya usai pementasan.
Lakon monolog Cut Nyak Dhien yang naskahnya ditulis oleh Prajna Paramita itu disutradarai dan dimainkan sendiri oleh Sha Ine Febriyanti. Sejak tahun 2014 telah dipentaskan keliling ke berbagai kota di Indonesia.
"Melalui pementasan monolog ini saya harap bisa menjadi kendaraan Cut Nyak Dhien untuk menyebar spirit perjuangannya kepada generasi muda Indonesia yang hidup di zaman sekarang," ujarnya.
Ine merasa generasi muda sekarang mengalami kesulitan akses informasi untuk mengenal para pahlawannya yang dulu berjuang mengorbankan seluruh jiwa dan raganya untuk bangsa dan negara dalam mengusir penjajah.
"Saya sih tidak muluk-muluk. Paling tidak dengan mementaskan lakon monolog ini dengan berkeliling ke berbagai kota di Indonesia, audien yang hadir bisa merasakan perjuangan beliau," katanya.
Bagi Ine, spirit perjuangan Cut Nyak Dhien saat berjuang mengusir penjajahan Belanda di era 1848 - 1908 agung sekali.
"Saya berharap kita yang hidup 100 tahun setelah Cut Nyak Dien, melalui pentas monolog ini, bisa mengenal secara dekat perjuangan beliau," ucapnya.(Editor : Kunto Wibisono).