Pat (Antaranews Jateng) - Ekspor produk pengolahan hasil perikanan yang dihasilkan oleh PT Dua Putra Utama Makmur Tbk, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, ke Negara Jepang selama 2017 mengalami lonjakan dibandingkan tahun sebelumnya dan saat ini menjadi pasar ekspor terbesar.
"Ekspor ke Negara Jepang juga yang terbesar dibandingkan negara tujuan ekspor lainnya," kata Direktur PT Dua Putra Utama Makmur Tbk Risma Ardhi Chandra didampingi Sekretaris Perusahaan PT DPUM Tbk Denny Yuniarto ditemui usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun Buku 2017 dan Publik Expose di ruang pertemuan Pandawa PT DPUM Tbk di Jalan Raya Pati-Juwana kilometer 7, Purworejo, Pati, Kamis.
Ia mengatakan ekspor ke Negara Jepang saat ini lebih dari 75 persen dari total ekspor dengan jumlah pembeli yang bertambah secara bertahap.
Untuk itu, kata dia, perusahaan memantapkan pasar Jepang, khususnya produkp-produk kategori "value added" dan "premium".
Saat ini, lanjut dia, perseroan memiliki kerja sama dengan sekitar 10 pembeli besar untuk pasar Jepang.
Ekspor ke Jepang pada tahun 2015, katanya, awalnya berkisar 10 persen, kemudian tahun 2016 meningkat menjadi 34 persen dan tahun 2017 meningkat lagi menjadi 75 persen lebih.
Selain Negara Jepang, pangsa pasar produk yang dihasilkan PT DPUM, yakni China, Vietnam, USA, Hongkong, Taiwan, Australia, Malaysia dan Singapura.
Upaya memperluas pangsa pasar di luar negeri, kata dia, memang dilakukan, termasuk dari Negara Amerika juga sudah mendapatkan "green ticket".
Negara Jepang, kata dia, sepanjang tahun 2017 memang menjadi negara tujuan ekspor terbesar karena mencapai 77 persen, sedangkan China yang tahun 2016 mencapai 26 persen, tahun 2017 turun menjadi 7 persen, demikian halnya Vietnam yang awalnya naik menjadi 25 persen, tahun 2017 turun menjadi 6 persen.
Untuk negara lainnya, seperti Hongkong dan Taiwan masing-masing 2 persen, sedangkan Australia, Malaysia dan Singapura masing-masing 1 persen.
Ia menambahkan negara tujuan ekspor di luar Jepang nilai ekspornya memang mengalami fluktuasi naik turun karena produknya dominan kategori bahan mentah yang rentan terhadap fluktuasi pasar.
Sekretaris Perusahaan PT DPUM Tbk Denny Yuniarto menambahkan bahwa tren penjualan sejak tahun 2015 hingga 2017 memang meningkat.
Penjualan secara total untuk pasar ekpor maupun domestik, tahun 2015 tercatat Rp732 miliar, kemudian tahun 2016 meningkat menjadi Rp967 miliar dan tahun 2017 naik lagi menjadi Rp1,28 triliun.
Untuk penjualan di pasar ekspor tahun 2015 tercatat sebesar Rp155 miliar, kemudian tahun 2016 naik 32 persen menjadi Rp318 miliar dan tahun 2017 naik lagi menjadi Rp326 miliar.
Sementara pasar domestik juga mengalami kenaikan dari tahun 2015 tercatat sebesar Rp577 miliar, kemudian tahun berikutnya naik menjadi Rp649 miliar dan tahun 2017 naik menjadi Rp956 miliar.
"Dalam rangka mendukung bisnis perusahaan, maka kami mengembangkan varian produk baru untuk pemprosesan produk-produk kategori 'value added' dan 'produk premium'," ujarnya.
Hal tersebut, kata dia, sejalan dengan langkah strategis perusahaan yang memuali fokus pengembangan pemasaran kedua produk tersebut. Prosesnya, kata dia, menggunakan teknologi baru, seperti cooker machine, cooling conveyor, fryer machine, breaded shrimp line, dan tunnerl freecer IQF.
Sejumlah pengembangan tersebut, merupakan tindak lanjut dari transformasi bisnis yang mengubah model bisnisnya secara bertahap yang semula fokus pada perdagangan produk–produk "raw material", sejalan dengan beroperasinya fasilitas pemprosesan produk perikanan yang modern di pabrik PT DPUM, maka perusahaan mengembangkan bisnis untuk produk–produk perikanan berbasis "value added product" dan "premium product" dengan bahan baku udang dan cumi.
"Kami menyebutnya sebagai produk–produk dengan kategori 'processing consumer good' dan bukan bersifat 'raw material' lagi," ujarnya.
Dengan pengembangan produk tersebut, PT DPUM lebih yakin kinerjanya kedepan menjadi lebih baik karena pasar produk–produk tersebut lebih stabil daripada produk–produk dengan kategori "raw material" yang sangat rentan terhadap fluktuatif sektor perdagangan bahan mentah serta dengan tingkat kompetisi yang semakin ketat.
Ia menambahkan transformasi produk yang dilakukan bertahap merupakan langkah strategis perusahaan untuk jangka panjang dan dengan fokus utama yang berorientasi ke pasar ekspor.
"Ekspor ke Negara Jepang juga yang terbesar dibandingkan negara tujuan ekspor lainnya," kata Direktur PT Dua Putra Utama Makmur Tbk Risma Ardhi Chandra didampingi Sekretaris Perusahaan PT DPUM Tbk Denny Yuniarto ditemui usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun Buku 2017 dan Publik Expose di ruang pertemuan Pandawa PT DPUM Tbk di Jalan Raya Pati-Juwana kilometer 7, Purworejo, Pati, Kamis.
Ia mengatakan ekspor ke Negara Jepang saat ini lebih dari 75 persen dari total ekspor dengan jumlah pembeli yang bertambah secara bertahap.
Untuk itu, kata dia, perusahaan memantapkan pasar Jepang, khususnya produkp-produk kategori "value added" dan "premium".
Saat ini, lanjut dia, perseroan memiliki kerja sama dengan sekitar 10 pembeli besar untuk pasar Jepang.
Ekspor ke Jepang pada tahun 2015, katanya, awalnya berkisar 10 persen, kemudian tahun 2016 meningkat menjadi 34 persen dan tahun 2017 meningkat lagi menjadi 75 persen lebih.
Selain Negara Jepang, pangsa pasar produk yang dihasilkan PT DPUM, yakni China, Vietnam, USA, Hongkong, Taiwan, Australia, Malaysia dan Singapura.
Upaya memperluas pangsa pasar di luar negeri, kata dia, memang dilakukan, termasuk dari Negara Amerika juga sudah mendapatkan "green ticket".
Negara Jepang, kata dia, sepanjang tahun 2017 memang menjadi negara tujuan ekspor terbesar karena mencapai 77 persen, sedangkan China yang tahun 2016 mencapai 26 persen, tahun 2017 turun menjadi 7 persen, demikian halnya Vietnam yang awalnya naik menjadi 25 persen, tahun 2017 turun menjadi 6 persen.
Untuk negara lainnya, seperti Hongkong dan Taiwan masing-masing 2 persen, sedangkan Australia, Malaysia dan Singapura masing-masing 1 persen.
Ia menambahkan negara tujuan ekspor di luar Jepang nilai ekspornya memang mengalami fluktuasi naik turun karena produknya dominan kategori bahan mentah yang rentan terhadap fluktuasi pasar.
Sekretaris Perusahaan PT DPUM Tbk Denny Yuniarto menambahkan bahwa tren penjualan sejak tahun 2015 hingga 2017 memang meningkat.
Penjualan secara total untuk pasar ekpor maupun domestik, tahun 2015 tercatat Rp732 miliar, kemudian tahun 2016 meningkat menjadi Rp967 miliar dan tahun 2017 naik lagi menjadi Rp1,28 triliun.
Untuk penjualan di pasar ekspor tahun 2015 tercatat sebesar Rp155 miliar, kemudian tahun 2016 naik 32 persen menjadi Rp318 miliar dan tahun 2017 naik lagi menjadi Rp326 miliar.
Sementara pasar domestik juga mengalami kenaikan dari tahun 2015 tercatat sebesar Rp577 miliar, kemudian tahun berikutnya naik menjadi Rp649 miliar dan tahun 2017 naik menjadi Rp956 miliar.
"Dalam rangka mendukung bisnis perusahaan, maka kami mengembangkan varian produk baru untuk pemprosesan produk-produk kategori 'value added' dan 'produk premium'," ujarnya.
Hal tersebut, kata dia, sejalan dengan langkah strategis perusahaan yang memuali fokus pengembangan pemasaran kedua produk tersebut. Prosesnya, kata dia, menggunakan teknologi baru, seperti cooker machine, cooling conveyor, fryer machine, breaded shrimp line, dan tunnerl freecer IQF.
Sejumlah pengembangan tersebut, merupakan tindak lanjut dari transformasi bisnis yang mengubah model bisnisnya secara bertahap yang semula fokus pada perdagangan produk–produk "raw material", sejalan dengan beroperasinya fasilitas pemprosesan produk perikanan yang modern di pabrik PT DPUM, maka perusahaan mengembangkan bisnis untuk produk–produk perikanan berbasis "value added product" dan "premium product" dengan bahan baku udang dan cumi.
"Kami menyebutnya sebagai produk–produk dengan kategori 'processing consumer good' dan bukan bersifat 'raw material' lagi," ujarnya.
Dengan pengembangan produk tersebut, PT DPUM lebih yakin kinerjanya kedepan menjadi lebih baik karena pasar produk–produk tersebut lebih stabil daripada produk–produk dengan kategori "raw material" yang sangat rentan terhadap fluktuatif sektor perdagangan bahan mentah serta dengan tingkat kompetisi yang semakin ketat.
Ia menambahkan transformasi produk yang dilakukan bertahap merupakan langkah strategis perusahaan untuk jangka panjang dan dengan fokus utama yang berorientasi ke pasar ekspor.