Purwokerto (Antaranews Jateng) - Bagi hampir sebagian besar orang, melakukan perjalanan wisata adalah hal yang sangat dinantikan.

Bisa sejenak "beristirahat" dari rutinitas pekerjaan dan mengisi liburan dengan mengunjungi tempat-tempat baru, tempat-tempat indah, dan tempat-tempat unik, adalah hiburan tersendiri.

Tentu saja, dalam melakukan kunjungan wisata, setiap orang menginginkan pengalaman yang menyenangkan, misalnya, mendatangi tempat-tempat indah, mencicipi hidangan lokal, hingga melihat dari dekat budaya setempat.

Mereka tentunya berharap, ketika perjalanan wisata telah usai, akan memiliki energi baru untuk kembali melanjutkan aktivitas pekerjaan sehari-hari.

Oleh karena itu, wisatawan tentu tidak ingin mendapati pengalaman yang tidak menyenangkan saat berlibur, misalnya akibat adanya gangguan keamanan di sekitar lokasi wisata.

Pengamat pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Chusmeru mengatakan sektor pariwisata merupakan industri jasa yang sangat sensitif terhadap isu dan gangguan keamanan.

Misalkan saja, gangguan keamanan yang disebabkan adanya aksi teror bom. Hal tersebut, menurut dia, bisa menimbulkan keprihatinan dan kecemasan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Dan pada akhirnya akan berdampak pada sektor pariwisata dan juga memengaruhi angka kunjungan wisatawan.

Oleh karena itu, kata dia, penting bagi pemerintah mulai dari pusat hingga daerah, termasuk juga pengelola jasa pariwisata, untuk memberikan jaminan keamanan bagi wisatawan.

Setiap objek wisata, kata dia, memerlukan jaminan keamanan. Contohnya, di setiap objek wisata, hotel, restoran, serta daya tarik wisata yang lain, pengamanan tersebut bisa dilakukan dengan cara terbuka maupun tertutup, dengan menempatkan aparat keamanan di setiap objek.

Dengan catatan, pengamanan tidak tampak berlebihan yang dikhawatirkan malah akan menimbulkan ketakutan wisatawan.

Karena yang terpenting, adalah adanya upaya serius dari pemerintah dan lembaga terkait untuk memastikan bahwa lokasi dan objek daya tarik wisata tersebut aman untuk dikunjungi.

Selain itu, sosialisasi dan penyebaran informasi terkait perkembangan situasi keamanan juga perlu dilakukan agar wisatawan tidak takut dan ragu dalam melakukan aktivitas wisatanya.

Pasalnya, menurut dia, sekecil apapun gangguan keamanan yang terjadi di daerah atau objek wisata akan berdampak buruk bagi perkembangan pariwisata, baik lokal maupun nasional.

"Contohnya pascateror bom yang terjadi di Surabaya, sejumlah negara mengeluarkan imbauan perjalanan (travel advice) bagi warganya," katanya.

Hal tersebut, kata dia, menjadi contoh bahwa isu keamanan sangat sensitif, termasuk bagi sektor pariwisata.

Terkait hal tersebut, kata dia, ada berbagai upaya yang bisa dilakukan. Pertama, dengan menunjukkan dan memberikan kepastian bahwa teror bom di Tanah Air telah teratasi dan kondisi keamanan telah terkendali.

Selain itu, kata dia, perlu dibuat standar prosedur pengamanan lokasi wisata dan objek daya tarik wisata, sehingga wisatawan merasa aman dan nyaman dalam melakukan aktivitas wisatanya.

Pemerintah, kata dia, juga perlu merangkul semua biro perjalanan dan pemangku kebijakan lainnya, termasuk tokoh masyarakat dan tokoh agama, untuk membantu menyosialisasikan bahwa Indonesia telah aman untuk dikunjungi.

"Selain itu, intensifkan promosi wisata, negara-negara yang mengeluarkan travel advice lebih diprioritaskan, dengan pesan bahwa Indonesia aman dan siap untuk dikunjungi," katanya.

Dan yang utama, kata dia, tunjukkan bahwa pemerintah telah melakukan langkah strategis dan taktis untuk menghentikan aksi teror di Tanah Air.


Kenyamanan Wisatawan

Selain jaminan keamanan, tentunya pemerintah hingga pengelola objek wisata perlu memastikan bahwa wisatawan akan merasa nyaman di lokasi yang dikunjungi.

Terlebih lagi, momentum libur Lebaran 2018 akan segera tiba dalam beberapa pekan ke depan.

Biasanya, kunjungan wisatawan ke objek wisata akan mengalami peningkatan pada saat libur Lebaran.

Tentu saja momentum tersebut harus dipersiapkan dengan baik oleh para pihak terkait agar wisatawan dapat menikmati objek yang dikunjungi dengan aman, dan nyaman.

Upaya tersebut, misalnya, dilakukan juga oleh Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Pemerintah kabupaten Purbalingga, pada saat ini sudah mulai memastikan kesiapan objek wisata di wilayah setempat menjelang libur Lebaran 2018.

Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Purbalingga telah mengeluarkan surat edaran kepada seluruh pengelola objek wisata yang ada di wilayah setempat guna memastikan kesiapan menjelang libur Lebaran 2018.

Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Purbalingga Prayitno menjelaskan pengelola objek wisata telah diminta untuk memastikan kenyamanan dan keselamatan pengunjung, terutama di pusat keramaian massa.

Pengelola objek wisata juga telah diingatkan untuk mengedepankan profesionalisme dalam memberikan kenyamanan kepada para pengunjung.

Selain itu, juga diminta untuk meningkatkan pengawasan dan kewaspadaan terhadap sarana dan prasarana vital di objek wisata. Terutama yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan berisiko tinggi bagi wisatawan.

"Misalkan, arena outbond, arena permainan anak, jembatan gantung, pendakian gunung, wisata air, dan lain sebagainya. Objek wisata perlu menerapkan standar prosedur dalam pengelolaan daya tarik wisata," katanya.

Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Purbalingga, menargetkan kunjungan 400.000 wisatawan ke sejumlah objek wisata di wilayah setempat pada saat libur Lebaran 2018.

Dia menambahkan, untuk mencapai target 400.000 wisatawan tersebut, pemerintah kabupaten dan pihak pengelola objek wisata telah melakukan berbagai upaya dan persiapan, misalkan dengan melakukan pembenahan guna mempercantik objek wisata yang ada di Purbalingga.

Selain itu, kata dia, penambahan wahana-wahana baru juga terus dilakukan guna menarik minat wisatawan untuk datang ke objek-objek wisata di Purbalingga.

"Kami optimis dengan berbagai persiapan dan upaya yang dilakukan target kunjungan wisatawan saat libur Lebaran akan dapat tercapai," katanya.

Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024