Semarang (Antaranews Jateng) - Ribuan warga memadati sepanjang rute Karnaval Dudgeran 2018 yang menjadi tradisi tahunan masyarakat Kota Semarang dalam menyambut datangnya bulan puasa, termasuk Ramadhan 1439 ini.

Dimulai dari halaman Balai Kota Semarang, Selasa, ribuan peserta Karnaval Dugderan 2018 dilepas langsung oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dengan menabuh bedug berkali-kali.

Atraksi "drum band" dari Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang mengiringi tabuhan bedug dari orang nomor satu di Kota Semarang menandai pelepasan peserta Karnaval Dugderan 2018.

Berurutan, perwakilan dari 16 kecamatan, organisasi kemasyarakatan, dan berbagai komunitas, hingga barongsai, dan tak ketinggalan Warak Ngendog, hewan imajiner yang menjadi ikon Kota Semarang.

Setelah itu, Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi, beserta istri, serta Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti dan suami menyusul dengan kereta kencana diiringi bendi yang dinaiki jajaran muspida.

Kali ini, rombongan kereta kuda dan bendi yang dinaiki rombongan pejabat itu dikawal oleh pasukan berkuda yang dipimpin langsung oleh Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Abiyoso Seno Aji berkuda putih.

Rute yang dilalui karnaval Dugderan, yakni Balai Kota Semarang, Jalan Pemuda, hingga Jalan Kolonel Sugiyono, kemudian menuju Masjid Agung Semarang atau biasa disebut Masjid Kauman.

Di Masjid Kauman, Wali Kota Semarang yang memerankan sebagai Kanjeng Bupati Arya Purbaningrat menerima suhuf halaqah dari ulama, kemudian membacakannya di hadapan masyarakat Kota Semarang.

Tak ketinggalan, pemukulan bedug di Masjid Kauman diiringi bunyi dentuman seperti meriam yang merupakan cikal bakal nama "Dugderan", yakni dari bunyi "dug" bedug dan "der" bunyi meriam.

Selain itu, dilakukan pula pembagian air khataman Alquran dan ribuan kue ganjel rel, makanan khas Semarang kepada masyarakat yang filosofinya menghilangkan sesuatu yang mengganjal di hati.

Rombongan bergerak ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) untuk penyerahan suhuf halaqah kepada Gubernur Jateng, diwakili Sekda Jateng Sri Puryono yang berperan sebagai Raden Mas Tumenggung Probohadikusumo.

Di MAJT Semarang, dilakukan pula prosesi yang hampir sama, yakni pembacaan suhuf halaqah oleh Raden Mas Tumenggung Probohadikusumo kepada masyarakat Jateng yang sebentar lagi memasuki bulan puasa.

Hendi menjelaskan karnaval Dugderan merupakan tradisi yang sudah berjalan sejak ratusan tahun lalu yang sebenarnya ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa sebentar lagi bulan Ramadhan.

"Prosesinya dengan berjalan ke Masjid Kauman Semarang untuk bertemu dengan ulama, kemudian menyiarkannya bareng-bareng kepada masyarakat," kata politikus PDI Perjuangan itu. 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024