Kendal (Antaranews Jateng) - Suasana di Pondok Pesantren Darul Arqom, Patean, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Senin, berlangsung normal meski terdapat pemberitaan yang menyebutkan salah satu alumnusnya diduga terlibat jaringan terorisme.
     
Dita Siska Millenia, alumni Ponpes Darul Arqom Kendal merupakan salah satu dari dua perempuan muda yang diduga akan melakukan aksi penusukan terhadap anggota Brimob di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, beberapa waktu lalu.
     
Para siswa di ponpes modern di bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah itu terlihat melaksanakan aktivitas pembelajaran seperti biasa, baik madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs), madrasah aliyah (MA), maupun sekolah menengah kejuruan (SMK).
     
Aktivitas di sekolah yang merangkap ponpes itu pun berlangsung terbuka, termasuk aktivitas di koperasi depan sekolah yang menyediakan berbagai macam keperluan masyarakat sebagaimana "mini market" dengan lalu lalang pembeli.
     
Pimpinan Ponpes Darul Arqom Kendal KH Ishaq membenarkan bahwa Dita merupakan alumnus ponpes tersebut yang tercatat sebagai siswi SMK Farmasi Darul Arqom yang masuk pada tahun 2014 dan sudah lulus pada 2017.
   
 "Setelah lulus, setiap siswa kami diharuskan melakukan pengabdian selama satu tahun. Kebetulan, yang bersangkutan (Dita, red.) saat ini tengah menjalani masa pengabdian di Ponpes Darul Ulum, Majenang," katanya.
     
Untuk kegiatan pembelajaran di Ponpes Darul Arqom, Ishaq memastikan tidak ada yang mengarah kepada paham atau tindak terorisme sehingga dimungkinkan Dita mendapatkan pengaruh dari luar, apalagi yang bersangkutan sudah lulus.
     
Wakil Pimpinan Bidang Akademik Ponpes Darul Arqom Kendal Abdul Kholiq menambahkan masa pengabdian santri atau santriwati yang lulus harus dijalani selama satu tahun sebagai persyaratan untuk mengambil ijazah.
   
 "Tidak hanya di Ponpes Darul Ulum, Majenang, tetapi di berbagai ponpes. Untuk Ponpes Darul Ulum Majenang sudah berjalan selama tiga tahun ini. Dita tidak sendirian, tetapi bersama Nugraheni, sama-sama alumni sini," katanya.
   
 Untuk pemilihan ponpes yang menjadi tempat pengabdian, kata Ustaz Dul, sapaan akrab Abdul Kholik, ditentukan oleh Ponpes Darul Arqom, termasuk untuk Dita dan Nugraheni yang kebetulan ditempatkan di Ponpes Darul Ulum.
     
Mengenai keterlibatan Dita dalam jaringan terorisme hingga berani melakukan perbuatan itu, ia mengaku tidak tahu menahu, termasuk pihak Ponpes Darul Ulum Majelang, sebab Dita pergi meninggalkan ponpes itu tanpa izin.
     
Sementara itu, warga sekitar Ponpes Darul Arqom juga mengaku tidak tahu jika ada salah satu alumni ponpes tersebut yang diduga terlibat terorisme, sebab kegiatan di pondok tersebut juga pembelajaran sebagaimana biasa.
   
 "Tidak adalah yang namanya mengajarkan terorisme. Setahu saya, itu pondok Muhammadiyah. Hubungan pondok dengan masyarakat juga baik, banyak warga sini yang mewakafkan tanahnya. Mungkin itu dapat pengaruh dari luar," kata salah satu warga yang enggan disebutkan namanya. 

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024