Semarang (Antaranews Jateng) - Ribuan orang dari berbagai elemen memeriahkan Kirab Merah Putih yang digelar Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu Semarang, Sabtu, memperingati Haul Kyai Galang Sewu dan Pangeran Diponegoro.
Berbagai elemen ambil bagian dalam Kirab Merah Putih, mulai kalangan santri, TNI, Polri, Banser, Ansor, Resimen Mahasiswa Universitas Diponegoro dan Politeknik Negeri Semarang, karang taruna, hingga masyarakat sekitar.
Bahkan, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat juga mengirimkan pasukannya, yakni "Bregada" Pasukan Semut Ireng lengkap dengan kereta kencana dan "drum band" untuk memeriahkan Kirab Merah Putih.
Ketua Panitia Gerebeg Nusantara Kirab Merah Putih Aista Wisnu Putra menjelaskan kirab kebangsaan itu baru pertama kali ini digelar untuk memperingati Haul Kyai Galang Sewu dan Pangeran Diponegoro.
"Kyai Galang Sewu merupakan pahlawan seangkatan Pangeran Diponegoro atau bisa disebut penasihatnya. Kebetulan, makam Kyai Galang Sewu berada di kawasan kampus Undip Tembalang," katanya.
Kalau untuk Haul Kyai Galang Sewu dan Pangeran Diponegoro, kata dia, sudah berlangsung ke delapan kalinya, tetapi untuk Kirab Merah Putih yang melibatkan berbagai elemen masyarakat baru kali ini digelar.
"Jadi, kami menggelar serangkaian kegiatan untuk memperingati Haul Kyai Galang Sewu dan pangeran Diponegoro, sekaligus haflah akhirussanah Ponpes Kyai Galang Sewu dan menyambut datangnya bulan Ramadhan," ungkapnya.
Diakuinya, kirab tersebut dimaksudkan untuk menjadikan masyarakat lebih memiliki rasa cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), peka dan tidak acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar.
"Dengan rasa kebangsaan, rasa memiliki negara ini lebih kental dan terasa sehingga tidak ada lagi rasa mementingkan golongan atau primordial. Makanya, melibatkan berbagai elemen masyarakat," kata Aista.
Sementara itu, Pengasuh Ponpes Kyai Galang Sewu KH. M Sam'ani Khoiruddin menegaskan NKRI merupakan harga mati karena bangsa Indonesia harus berterima kasih terhadap para pahlawannya yang merebut kemerdekaan.
"Cinta Tanah Air merupakan sebagian daripada iman. Sebenarnya, kita ini tinggal meneruskan saja apa yang sudah diperjuangkan para pahlawan, termasuk Pangeran Diponegoro sebagai wujud rasa terima kasih," ungkapnya.
Ketika bangsa Indonesia sudah tidak memiliki rasa terima kasih kepada pahlawannya, apalagi meneruskan perjuangannya, lanjut dia, maka semestinya malu dengan apa yang sudah diperjuangkan para pendahulunya.
"Makanya, bela dan pertahankan Tanah Air. NKRI adalah harga mati. Bagaimana melanjutkan perjuangan para pahlawan? Berjuanglah sesuai kapasitas masing-masing," kata sosok yang akrab disapa Abah Sam'ani itu.
Abah Sam'ani itu menjelaskan Ponpes Kyai Galang Sewu Semarang sudah setiap tahun menggelar haul yang dimeriahkan kirab, tetapi bersifat kecil, sementara tahun ini kirab yang besar.
Selain kirab, Ponpes Galang Sewu Semarang juga menggelar pengajian oleh Habib Luthfi bin Yahya, serta pergelaran wayang tiga dalang, yakni dalang cilik dari santri, "ngaji wayang" oleh Abah Santri, dan Dalang Ki Kembar Carito.
Berbagai elemen ambil bagian dalam Kirab Merah Putih, mulai kalangan santri, TNI, Polri, Banser, Ansor, Resimen Mahasiswa Universitas Diponegoro dan Politeknik Negeri Semarang, karang taruna, hingga masyarakat sekitar.
Bahkan, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat juga mengirimkan pasukannya, yakni "Bregada" Pasukan Semut Ireng lengkap dengan kereta kencana dan "drum band" untuk memeriahkan Kirab Merah Putih.
Ketua Panitia Gerebeg Nusantara Kirab Merah Putih Aista Wisnu Putra menjelaskan kirab kebangsaan itu baru pertama kali ini digelar untuk memperingati Haul Kyai Galang Sewu dan Pangeran Diponegoro.
"Kyai Galang Sewu merupakan pahlawan seangkatan Pangeran Diponegoro atau bisa disebut penasihatnya. Kebetulan, makam Kyai Galang Sewu berada di kawasan kampus Undip Tembalang," katanya.
Kalau untuk Haul Kyai Galang Sewu dan Pangeran Diponegoro, kata dia, sudah berlangsung ke delapan kalinya, tetapi untuk Kirab Merah Putih yang melibatkan berbagai elemen masyarakat baru kali ini digelar.
"Jadi, kami menggelar serangkaian kegiatan untuk memperingati Haul Kyai Galang Sewu dan pangeran Diponegoro, sekaligus haflah akhirussanah Ponpes Kyai Galang Sewu dan menyambut datangnya bulan Ramadhan," ungkapnya.
Diakuinya, kirab tersebut dimaksudkan untuk menjadikan masyarakat lebih memiliki rasa cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), peka dan tidak acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar.
"Dengan rasa kebangsaan, rasa memiliki negara ini lebih kental dan terasa sehingga tidak ada lagi rasa mementingkan golongan atau primordial. Makanya, melibatkan berbagai elemen masyarakat," kata Aista.
Sementara itu, Pengasuh Ponpes Kyai Galang Sewu KH. M Sam'ani Khoiruddin menegaskan NKRI merupakan harga mati karena bangsa Indonesia harus berterima kasih terhadap para pahlawannya yang merebut kemerdekaan.
"Cinta Tanah Air merupakan sebagian daripada iman. Sebenarnya, kita ini tinggal meneruskan saja apa yang sudah diperjuangkan para pahlawan, termasuk Pangeran Diponegoro sebagai wujud rasa terima kasih," ungkapnya.
Ketika bangsa Indonesia sudah tidak memiliki rasa terima kasih kepada pahlawannya, apalagi meneruskan perjuangannya, lanjut dia, maka semestinya malu dengan apa yang sudah diperjuangkan para pendahulunya.
"Makanya, bela dan pertahankan Tanah Air. NKRI adalah harga mati. Bagaimana melanjutkan perjuangan para pahlawan? Berjuanglah sesuai kapasitas masing-masing," kata sosok yang akrab disapa Abah Sam'ani itu.
Abah Sam'ani itu menjelaskan Ponpes Kyai Galang Sewu Semarang sudah setiap tahun menggelar haul yang dimeriahkan kirab, tetapi bersifat kecil, sementara tahun ini kirab yang besar.
Selain kirab, Ponpes Galang Sewu Semarang juga menggelar pengajian oleh Habib Luthfi bin Yahya, serta pergelaran wayang tiga dalang, yakni dalang cilik dari santri, "ngaji wayang" oleh Abah Santri, dan Dalang Ki Kembar Carito.