Semarang (Antaranews Jateng) - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jawa Tengah mengingatkan bahwa proses pendidikan jangan hanya fokus pada pengembangan akademis.
"Sekarang ini, perlu adanya upaya mengaitkan proses pendidikan dengan pengembangan kebudayaan," kata Wakil Sekretaris Umum PGRI Jateng Ngasbun Egar di Semarang, Rabu.
Hal tersebut diungkapkannya merefleksikan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati setiap tanggal 2 Mei.
Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas PGRI Semarang itu menegaskan pendidikan pada dasarnya adalah proses pewarisan budaya dan nilai-nilai luhur bangsa.
"Pendidikan itu kan untuk menyiapkan generasi penerus bangsa. Artinya, bagaimana nilai luhur kebudayaan bangsa diwariskan melalui proses pendidikan," katanya.
Menurut dia, proses pendidikan bukan hanya sekadar sarana "transfer of knowledge", tetapi juga untuk transfer "value" dan "culture" yang mengandung nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Ngasbun menjelaskan nilai-nilai luhur bangsa yang diwariskan nenek moyang dan dirumuskan oleh para pendiri bangsa harus terus menerus dilestarikan kepada generasi muda.
"Caranya bagaimana? Pertama, peningkatan mutu pendidikan, sarana dan prasarana, termasuk gurunya, dan sebagainya. Ini tugas dari pemerintah untuk menjamin mutu pendidikan," katanya.
Kedua, kata dia, peran serta masyarakat dalam mendukung upaya pendidikan juga tidak boleh dikesampingkan, sebab nantinya malah kontraproduktif.
Artinya, kata dia, masyarakat harus ikut membantu pemerintah dalam menjamin mutu pendidikan, bukan semata partisipasi dalam bentuk material.
"Begini misalnya, apa yang sudah diajarkan di sekolah, termasuk penanaman nilai-nilai harus disinergikan dalam proses pendidikan di lingkungan keluarga. Jangan kontraproduktif," katanya.
Untuk keberlangsungan pendidikan, katanya lagi, sekolah harus terus menguatkan kemampuan siswa tidak hanya dalam bidang akademis.
"Kebijakan pemerintah sekarang ini temanya sudah mengarah terhadap pengaitan pendidikan dan kebudayaan. Ini harus dioptimalkan," katanya.
Sekolah, kata dia, harus mengintegrasikan antara kualitas intelektual, sikap dan nilai kepribadian, serta keterampilan sehingga mampu mencetak generasi bangsa yang berintegritas unggul.
"Tidak bisa lagi sekadar mengajarkan siswa untuk menghafal. Tetapi, bagaimana siswa memiliki kemampuan analisa, evaluasi, dan menyelesaikan permasalahan," kata Ngasbun.
"Sekarang ini, perlu adanya upaya mengaitkan proses pendidikan dengan pengembangan kebudayaan," kata Wakil Sekretaris Umum PGRI Jateng Ngasbun Egar di Semarang, Rabu.
Hal tersebut diungkapkannya merefleksikan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati setiap tanggal 2 Mei.
Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas PGRI Semarang itu menegaskan pendidikan pada dasarnya adalah proses pewarisan budaya dan nilai-nilai luhur bangsa.
"Pendidikan itu kan untuk menyiapkan generasi penerus bangsa. Artinya, bagaimana nilai luhur kebudayaan bangsa diwariskan melalui proses pendidikan," katanya.
Menurut dia, proses pendidikan bukan hanya sekadar sarana "transfer of knowledge", tetapi juga untuk transfer "value" dan "culture" yang mengandung nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Ngasbun menjelaskan nilai-nilai luhur bangsa yang diwariskan nenek moyang dan dirumuskan oleh para pendiri bangsa harus terus menerus dilestarikan kepada generasi muda.
"Caranya bagaimana? Pertama, peningkatan mutu pendidikan, sarana dan prasarana, termasuk gurunya, dan sebagainya. Ini tugas dari pemerintah untuk menjamin mutu pendidikan," katanya.
Kedua, kata dia, peran serta masyarakat dalam mendukung upaya pendidikan juga tidak boleh dikesampingkan, sebab nantinya malah kontraproduktif.
Artinya, kata dia, masyarakat harus ikut membantu pemerintah dalam menjamin mutu pendidikan, bukan semata partisipasi dalam bentuk material.
"Begini misalnya, apa yang sudah diajarkan di sekolah, termasuk penanaman nilai-nilai harus disinergikan dalam proses pendidikan di lingkungan keluarga. Jangan kontraproduktif," katanya.
Untuk keberlangsungan pendidikan, katanya lagi, sekolah harus terus menguatkan kemampuan siswa tidak hanya dalam bidang akademis.
"Kebijakan pemerintah sekarang ini temanya sudah mengarah terhadap pengaitan pendidikan dan kebudayaan. Ini harus dioptimalkan," katanya.
Sekolah, kata dia, harus mengintegrasikan antara kualitas intelektual, sikap dan nilai kepribadian, serta keterampilan sehingga mampu mencetak generasi bangsa yang berintegritas unggul.
"Tidak bisa lagi sekadar mengajarkan siswa untuk menghafal. Tetapi, bagaimana siswa memiliki kemampuan analisa, evaluasi, dan menyelesaikan permasalahan," kata Ngasbun.