Solo (Antaranews Jateng) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Surakarta mengapresiasi peningkatan kinerja perbankan konvensional di wilayah Solo Raya mulai dari sisi aset hingga penyaluran kredit.
"Untuk kinerja perbankan konvensional, dari sisi aset meningkat 9,14 persen, yaitu dari Rp69,75 triliun menjadi Rp76,13 triliun secara `year on year` (yoy) atau tahunan," kata Kepala OJK Kantor Surakarta Laksono Dwionggo di Solo, Jumat.
Selanjutnya, untuk dana pihak ketiga (DPK), dikatakannya, yang mengalami peningkatan paling besar yaitu tabungan dengan peningkatan 19,52 persen, dari Rp26,31 triliun menjadi Rp31,44 triliun.
Sedangkan untuk penyaluran kredit, lanjutnya, secara yoy meningkat 7,66 persen, yaitu dari Rp60,21 triliun menjadi Rp64,83 triliun. Kinerja yang baik itu juga diikuti dengan tingkat kredit bermasalah yang ikut membaik.
Ia mengatakan tingkat kredit bermasalah per bulan Februari tahun 2017 sebesar 2,47 persen, untuk periode sama tahun 2018 turun menjadi 2,16 persen.
Sementara itu, untuk perbankan syariah dari sisi aset secara yoy tumbuh sebesar 22,50 persen, yaitu dari Rp6,14 triliun menjadi Rp7,53 triliun.
Selanjutnya, untuk pertumbuhan DPK sebesar 26,48 persen, yaitu dari Rp4,09 triliun menjadi Rp5,17 triliun.
"Adapun pertumbuhan pembiayaan secara yoy tumbuh 21,10 persen, yaitu dari Rp5,42 triliun menjadi Rp6,57 triliun," katanya. Adapun untuk pembiayaan bermasalah gross per bulan Februari 2017 sebesar 1,28 persen, sedangkan pada periode yang sama tahun 2018 menjadi 1,5 persen," katanya.
Ia mengakui untuk kredit bermasalah mengalami kenaikan mengingat masih ada sejumlah nasabah yang masih menahan dulu pengembalian kredit mereka.
"Kan baru saja akhir tahun, banyak promo sehingga mereka keluar untuk belanja, jadi habis-habisan," katanya.
"Untuk kinerja perbankan konvensional, dari sisi aset meningkat 9,14 persen, yaitu dari Rp69,75 triliun menjadi Rp76,13 triliun secara `year on year` (yoy) atau tahunan," kata Kepala OJK Kantor Surakarta Laksono Dwionggo di Solo, Jumat.
Selanjutnya, untuk dana pihak ketiga (DPK), dikatakannya, yang mengalami peningkatan paling besar yaitu tabungan dengan peningkatan 19,52 persen, dari Rp26,31 triliun menjadi Rp31,44 triliun.
Sedangkan untuk penyaluran kredit, lanjutnya, secara yoy meningkat 7,66 persen, yaitu dari Rp60,21 triliun menjadi Rp64,83 triliun. Kinerja yang baik itu juga diikuti dengan tingkat kredit bermasalah yang ikut membaik.
Ia mengatakan tingkat kredit bermasalah per bulan Februari tahun 2017 sebesar 2,47 persen, untuk periode sama tahun 2018 turun menjadi 2,16 persen.
Sementara itu, untuk perbankan syariah dari sisi aset secara yoy tumbuh sebesar 22,50 persen, yaitu dari Rp6,14 triliun menjadi Rp7,53 triliun.
Selanjutnya, untuk pertumbuhan DPK sebesar 26,48 persen, yaitu dari Rp4,09 triliun menjadi Rp5,17 triliun.
"Adapun pertumbuhan pembiayaan secara yoy tumbuh 21,10 persen, yaitu dari Rp5,42 triliun menjadi Rp6,57 triliun," katanya. Adapun untuk pembiayaan bermasalah gross per bulan Februari 2017 sebesar 1,28 persen, sedangkan pada periode yang sama tahun 2018 menjadi 1,5 persen," katanya.
Ia mengakui untuk kredit bermasalah mengalami kenaikan mengingat masih ada sejumlah nasabah yang masih menahan dulu pengembalian kredit mereka.
"Kan baru saja akhir tahun, banyak promo sehingga mereka keluar untuk belanja, jadi habis-habisan," katanya.