Magelang (Antaranews Jateng) - Pemerintah Kota Magelang menggelar tradisi pentas wayang menjelang puncak hari jadi kota itu di Kampung Meteseh dengan mengusung lakon "Anoman Duta", Selasa (10/4) malam hingga Rabu menjelang subuh.
Pergelaran secara kolaboratif antara wayang kulit dan wayang orang di tempat penemuan Prasasti Mantyasih di Kampung Meteseh, Kelurahan Magelang, Kota Magelang yang antara lain dihadiri Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito itu, dengan dalang anggota Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kota Magelang Sih Agung Prasetyo.
Wali Kota Sigit memberikan wayang kulit dengan tokoh Anoman kepada dalang Sih Agung sebelum dimulai pementasan wayang yang ditonton para pejabat Kota Magelang dan masyarakat setempat.
Prasasti Mantyasih berupa lempengan tembaga menunjuk 11 April 907 sebagai salah satu sumber utama penetapan hari jadi Kota Magelang. Pada masa Hindu, Desa Mantyasih ditetapkan sebagai desa perdikan oleh Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung (898-910). Prasasti tersebut saat ini disimpan di Museum Radya Pustaka Surakarta.
Pementasan wayang sebagai tradisi pemkot setempat setiap tahun sekali dalam memperingati hari jadi kota yang kini meliputi tiga kecamatan dan 17 kelurahan.
Lakon pewayangan dari bagian kisah Ramayana, "Anoman Duta" itu, bercerita tentang keputusan Rama Wijaya mengutus Anoman untuk menyusup ke Alengka guna mengetahui keberadaan Sinta yang diculik oleh Rahwana.
Dikisahkan oleh sang dalang bahwa dengan penuh tantangan dan perjuangan, Anoman berhasil melaksanakan tugasnya itu dan membawa kabar kepada Rama bahwa Sinta tetap setia kepada suaminya tersebut.
"Anoman bisa melaksanakan tugas dengan baik, bisa memenuhi janjinya secara amanah," kata Sih Agung kepada Antara sebelum pementasan.
Ia mengemukakan tentang pesan yang hendak disampaikan melalui lakon pentas wayang tersebut, yakni menyangkut pemimpin yang harus secara amanah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
"Pemimpin jangan banyak retorika, tetapi memenuhi tanggung jawab kepemimpinannya. Ini tantangan para calon pemimpin yang harus dicermati dengan saksama pada tahun politik ini," ujar dia.
Wali Kota Sigit Widyonindito mengemukakan lakon tersebut memberikan inspirasi kepada semua kalangan masyarakat untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing secara sungguh-sungguh.
Kota Magelang yang makin berumur tua (1112 tahun pada 2018), katanya, melalui berbagai pembangunan telah membawa kehidupan masyarakat makin maju dengan keadaan kota yang makin bersih dan tertata.
"Ini membanggakan kita semua. Lakon ini memberi inspirasi kita, kalau diberi tugas maka dilaksanakan dengan baik, jangan setengah-setengah," kata Sigit yang menjabat kepala daerah setempat untuk periode kedua itu.
Berbagai kegiatan mewarnai peringatan Hari Jadi Ke-1112 Kota Magelang, antara lain perayaan Gerebeg Getuk, kirab budaya, ziarah ke makam para wali kota setempat di sejumlah tempat, jalan santai, doa bersama lintas agama, dan upacara hari jadi Kota Magelang di halaman kantor pemkot setempat.
Pergelaran secara kolaboratif antara wayang kulit dan wayang orang di tempat penemuan Prasasti Mantyasih di Kampung Meteseh, Kelurahan Magelang, Kota Magelang yang antara lain dihadiri Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito itu, dengan dalang anggota Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kota Magelang Sih Agung Prasetyo.
Wali Kota Sigit memberikan wayang kulit dengan tokoh Anoman kepada dalang Sih Agung sebelum dimulai pementasan wayang yang ditonton para pejabat Kota Magelang dan masyarakat setempat.
Prasasti Mantyasih berupa lempengan tembaga menunjuk 11 April 907 sebagai salah satu sumber utama penetapan hari jadi Kota Magelang. Pada masa Hindu, Desa Mantyasih ditetapkan sebagai desa perdikan oleh Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung (898-910). Prasasti tersebut saat ini disimpan di Museum Radya Pustaka Surakarta.
Pementasan wayang sebagai tradisi pemkot setempat setiap tahun sekali dalam memperingati hari jadi kota yang kini meliputi tiga kecamatan dan 17 kelurahan.
Lakon pewayangan dari bagian kisah Ramayana, "Anoman Duta" itu, bercerita tentang keputusan Rama Wijaya mengutus Anoman untuk menyusup ke Alengka guna mengetahui keberadaan Sinta yang diculik oleh Rahwana.
Dikisahkan oleh sang dalang bahwa dengan penuh tantangan dan perjuangan, Anoman berhasil melaksanakan tugasnya itu dan membawa kabar kepada Rama bahwa Sinta tetap setia kepada suaminya tersebut.
"Anoman bisa melaksanakan tugas dengan baik, bisa memenuhi janjinya secara amanah," kata Sih Agung kepada Antara sebelum pementasan.
Ia mengemukakan tentang pesan yang hendak disampaikan melalui lakon pentas wayang tersebut, yakni menyangkut pemimpin yang harus secara amanah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
"Pemimpin jangan banyak retorika, tetapi memenuhi tanggung jawab kepemimpinannya. Ini tantangan para calon pemimpin yang harus dicermati dengan saksama pada tahun politik ini," ujar dia.
Wali Kota Sigit Widyonindito mengemukakan lakon tersebut memberikan inspirasi kepada semua kalangan masyarakat untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing secara sungguh-sungguh.
Kota Magelang yang makin berumur tua (1112 tahun pada 2018), katanya, melalui berbagai pembangunan telah membawa kehidupan masyarakat makin maju dengan keadaan kota yang makin bersih dan tertata.
"Ini membanggakan kita semua. Lakon ini memberi inspirasi kita, kalau diberi tugas maka dilaksanakan dengan baik, jangan setengah-setengah," kata Sigit yang menjabat kepala daerah setempat untuk periode kedua itu.
Berbagai kegiatan mewarnai peringatan Hari Jadi Ke-1112 Kota Magelang, antara lain perayaan Gerebeg Getuk, kirab budaya, ziarah ke makam para wali kota setempat di sejumlah tempat, jalan santai, doa bersama lintas agama, dan upacara hari jadi Kota Magelang di halaman kantor pemkot setempat.