Jepara (Antaranews Jateng) - Sebuah Kapal Motor Bintang Sinar Rejeki?tenggelam di perairan Jepara, tepatnya 17 mil arah utara PLTU Tanjung Jati, Jepara, Jawa Tengah, usai diterjang gelombang tinggi, Kamis.
"Akibat peristiwa tersebut, dua dari 28 anak buah kapal (ABK) tidak diketahui keberadaannya," kata Kepala Satuan Polisi Perairan dan Udara (Polairud) Kepolisian Resor Jepara AKP Hendrik Irawan di Jepara, Kamis.
Kedua ABK tersebut, yakni Sutomo dan Baharuddin.
Sementara ABK lainnya, kata dia, berhasil selamat karena saat kejadian terdapat kapal nelayan yang kebetulan melintas.
Adapun kronologis kejadian, berawal ketika KM Bintang Sinar Rejeki berangkat dari Pelabuhan Pekalongan pada Rabu (21/3) pukul 19.00 WIB dengan tujuan Perairan Bali.
Sesampainya di Perairan Jepara pada Kamis (22/3) sekitar?pukul 02.30 WIB, tepatnya 17 mil arah utara PLTU Tanjung Jati Jepara kapal yang dinakhodai Kasdu warga Pekalongan itu, dihantam gelombang besar pada bagian lambung sebelah kiri.
Akibat terjangan gelombang tinggi, air laut masuk ke dalam kapal dan mengakibatkan mesin rusak dan mati, kemudian kapal tenggelam.
"ABK berupaya menyelamatkan diri menggunakan peralatan seadanya," ujarnya.
Sekitar pukul 07.00 WIB, korban melihat KM Jasa Samudra dengan tujuan Jepara - Karimunjawa?yang dinakhodai Ripin.
"Tercatat 17 ABK yang berhasil diselamatkan dan dibawa ke Karimunjawa," ujarnya.
Sesampainya di Karimunjawa, korban diamankan di kantor Pol Air Karimunjawa untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
Untuk korban lainnya, katanya, saat ini berada di Jepara dalam kondisi selamat.
Korban yang ada di Karimunjawa, dijadwalkan akan bawa ke Jepara pada hari Sabtu (24/3) sekitar pukul 07.00 WIB menggunakan Kapal Motor Penumpang Express Bahari.
Nakhoda Kapal KM Bintang Sinar Rejeki, Kasdu, mengungkapkan kapalnya itu mengalami kebocoran pada lambung.
Sebelum kapalnya mengalami kerusakan, katanya, air laut memang masuk ke dalam kapal pukul 02.30 WIB.
Ia mengatakan kebocoran terjadi pada bagian pembuangan air kapal, kemudian pada pukul 04.00 WIB kapal tenggelam.
"Kami berusaha menyelamatkan diri dengan berpegangan pada papan yang diikat tali. Semula kami berkumpul semua, kemudian separuh dari kami mulai terpisah," ujarnya.
"Akibat peristiwa tersebut, dua dari 28 anak buah kapal (ABK) tidak diketahui keberadaannya," kata Kepala Satuan Polisi Perairan dan Udara (Polairud) Kepolisian Resor Jepara AKP Hendrik Irawan di Jepara, Kamis.
Kedua ABK tersebut, yakni Sutomo dan Baharuddin.
Sementara ABK lainnya, kata dia, berhasil selamat karena saat kejadian terdapat kapal nelayan yang kebetulan melintas.
Adapun kronologis kejadian, berawal ketika KM Bintang Sinar Rejeki berangkat dari Pelabuhan Pekalongan pada Rabu (21/3) pukul 19.00 WIB dengan tujuan Perairan Bali.
Sesampainya di Perairan Jepara pada Kamis (22/3) sekitar?pukul 02.30 WIB, tepatnya 17 mil arah utara PLTU Tanjung Jati Jepara kapal yang dinakhodai Kasdu warga Pekalongan itu, dihantam gelombang besar pada bagian lambung sebelah kiri.
Akibat terjangan gelombang tinggi, air laut masuk ke dalam kapal dan mengakibatkan mesin rusak dan mati, kemudian kapal tenggelam.
"ABK berupaya menyelamatkan diri menggunakan peralatan seadanya," ujarnya.
Sekitar pukul 07.00 WIB, korban melihat KM Jasa Samudra dengan tujuan Jepara - Karimunjawa?yang dinakhodai Ripin.
"Tercatat 17 ABK yang berhasil diselamatkan dan dibawa ke Karimunjawa," ujarnya.
Sesampainya di Karimunjawa, korban diamankan di kantor Pol Air Karimunjawa untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
Untuk korban lainnya, katanya, saat ini berada di Jepara dalam kondisi selamat.
Korban yang ada di Karimunjawa, dijadwalkan akan bawa ke Jepara pada hari Sabtu (24/3) sekitar pukul 07.00 WIB menggunakan Kapal Motor Penumpang Express Bahari.
Nakhoda Kapal KM Bintang Sinar Rejeki, Kasdu, mengungkapkan kapalnya itu mengalami kebocoran pada lambung.
Sebelum kapalnya mengalami kerusakan, katanya, air laut memang masuk ke dalam kapal pukul 02.30 WIB.
Ia mengatakan kebocoran terjadi pada bagian pembuangan air kapal, kemudian pada pukul 04.00 WIB kapal tenggelam.
"Kami berusaha menyelamatkan diri dengan berpegangan pada papan yang diikat tali. Semula kami berkumpul semua, kemudian separuh dari kami mulai terpisah," ujarnya.