Tegal (Antaranews Jateng) - Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Bidang Pengolahan Tegal, Jawa Tengah, menyosialisasikan pengembangan budidaya lele sistem bioflok melalui kegiatan pelatihan dan pameran.
Kepala BPPP Tegal, Moch Muhlisin melalui siaran pers yang dikirim Antara di Pekalongan, Kamis, mengatakan bahwa BPPP mengapresiasi para pembudidaya yang telah sukses mengembangkan lele bioflok.
"Budidaya lele sistem bioflok sebenarnya tergolong baru penerapannya di Indonesia. Kunci budidaya lele sistem bioflok adalah disiplin menerapkan standar operasi prosedur (SOP), keterampilan dalam pengelolaan kualitas air, manajemen pakan serta pengaplikasian probiotik," katanya.
Karena itu, menurut dia, budidaya lele sistem bioflok perlu dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil.
"BPPP Tegal sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) siap mendukung program budidaya lele sistem bioflok dengan cara melatih para operator atau teknisinya," katanya.
Pembudidaya lele bioflok, Muhammad Abdul Latif (45) mengatakan budidaya lele bioflok lebih menguntungkan dibanding lele konvensional karena hasil panennya lebih stabil.
Selain itu, kata dia, modal yang dikeluarkannya pun juga relatif rendah serta bisa dibudidayakan pada lahan sempit dengan padat tebar ikan yang relatif tinggi.
"Lele bioflok memiliki daya tahan yang baik. Hitungan jumlah ekor saat panen pun lebih banyak jika kita menggunakan bioflok karena daya hidup lele bioflok lebih baik dibanding konvensional," katanya.
Ia mengatakan saat ini dirinya sudah membuka warung makan dengan menjual menu olahan lele bioflok.
"Sebelumnya, saya memberanikan diri ikut dalam pelatihan budidaya lele bioflok di BPPP Tegal dan hasilnya dipraktikan di lingkungannya. Saya juga diminta bantunnya untuk memberikan pendampingan budidaya lele bioflok di Taruna Nusantara Tegal," katanya.
Kepala BPPP Tegal, Moch Muhlisin melalui siaran pers yang dikirim Antara di Pekalongan, Kamis, mengatakan bahwa BPPP mengapresiasi para pembudidaya yang telah sukses mengembangkan lele bioflok.
"Budidaya lele sistem bioflok sebenarnya tergolong baru penerapannya di Indonesia. Kunci budidaya lele sistem bioflok adalah disiplin menerapkan standar operasi prosedur (SOP), keterampilan dalam pengelolaan kualitas air, manajemen pakan serta pengaplikasian probiotik," katanya.
Karena itu, menurut dia, budidaya lele sistem bioflok perlu dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil.
"BPPP Tegal sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) siap mendukung program budidaya lele sistem bioflok dengan cara melatih para operator atau teknisinya," katanya.
Pembudidaya lele bioflok, Muhammad Abdul Latif (45) mengatakan budidaya lele bioflok lebih menguntungkan dibanding lele konvensional karena hasil panennya lebih stabil.
Selain itu, kata dia, modal yang dikeluarkannya pun juga relatif rendah serta bisa dibudidayakan pada lahan sempit dengan padat tebar ikan yang relatif tinggi.
"Lele bioflok memiliki daya tahan yang baik. Hitungan jumlah ekor saat panen pun lebih banyak jika kita menggunakan bioflok karena daya hidup lele bioflok lebih baik dibanding konvensional," katanya.
Ia mengatakan saat ini dirinya sudah membuka warung makan dengan menjual menu olahan lele bioflok.
"Sebelumnya, saya memberanikan diri ikut dalam pelatihan budidaya lele bioflok di BPPP Tegal dan hasilnya dipraktikan di lingkungannya. Saya juga diminta bantunnya untuk memberikan pendampingan budidaya lele bioflok di Taruna Nusantara Tegal," katanya.