Jepara (Antaranews Jateng) - Sekelompok mahasiswa kuliah kerja nyata dari Universitas PGRI Semarang mendorong warga Desa Platar, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah mengolah kulit rambutan khas desa setempat yang jumlahnya melimpah menjadi produk teh yang bernilai ekonomis.
"Dalam rangka membantu warga Desa Platar memanfaatkan kulit rambutan menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis, kami dari tim kelompok mahasiswa KKN Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) semester VIII memberikan pelatihan tata cara membuat teh dari bahan kulit rambutan," kata Koordinator Mahasiswa KKN UPGRIS Desa Platar Sumini Mina Wati di Jepara, Selasa.
Ia mengatakan ide awal membuat teh dari kulit rambutan merupakan hasil observasi terkait dengan potensi Desa Platar dan sekitarnya di Kecamatan Tahunan.
Hasilnya, kata dia, sebagian besar masyarakat memiliki pohon rambutan dan mereka juga suka mengonsumsi buah tersebut.
"Karena belum mengetahui manfaat dari kulit rambutan, selama ini hanya dibuang dan menjadi sampah," ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, Tim KKN UPGRIS di desa itu mencoba bereksperimen memanfaatkan kulit rambutan untuk diolah menjadi teh.
Selain bisa diolah menjadi teh, ternyata kulit rambutan juga bisa dijadikan bahan baku untuk membuat sirup, sedangkan biji rambutan dapat diolah menjadi emping.
Pelatihan yang diberikan kepada masyarakat Desa Platar, lanjut dia, baru sekali digelar pada Senin (19/2) di Balai Desa Platar yang diikuti 80 peserta. Mereka kalangan ibu PKK desa setempat.
Untuk membuat teh tersebut, lanjut dia, cukup mudah, dimulai dengan menyiapkan kulit rambutan kemudian diiris tipis-tipis dan dicuci bersih.
Langkah selanjutnya, kulit rambutan yang sudah dicuci tersebut dijemur antara dua hingga tiga hari, hingga benar-benar kering yang ditandai terjadinya perubahan warna menjadi cokelat tua.
"Selanjutnya, teh yang diberi nama teh kutan (kulit rambutan, red.) itu siap diseduh dengan air panas dengan ditambahkan gula pasir secukupnya. Bisa juga diseduh dalam kondisi dingin dengan ditambahkan es sesuai selera," ujarnya.
Rasa dari teh kutan tersebut, lanjut dia, hampir seperti teh pada umumnya, namun memiliki aroma rambutan dan sedikit ada rasa pahit serta asam.
"Ketika sudah dalam bentuk minuman teh, rasa asam maupun pahit tidak terlalu terasa," ujarnya.
Keunggulan lainnya, teh kutan bisa mengurangi kadar kolesterol.
Dalam rangka mendorong warga desa setempat untuk mengembankan pembuatan teh kutan menjadi produk khas Desa Platar, Tim KKN UPGRIS akan menggelar latihan pembuatan teh lanjutan karena akan disajikan dalam pameran Kecamatan Tahunan pada 4 Maret 2018.
Gerai KKN UPGRIS, kata dia, akan memperkenalkan produk teh kutan hasil buatan masyarakat Desa Platar serta emping dari biji rambutan.
"Desa setempat juga berminat mengembangkan produk teh kutan sebagai produk khas, menyusul munculnya wacana dibuatkan hak patennya pula," ujarnya.
Proses pemasarannya, kata Mina, bisa melalui media sosial karena tanpa mengeluarkan biaya yang mahal.
Ketua TP-PKK Desa Platar Susi Kusumaningtyas menyambut positif pelatihan membuat teh dari kulit rambutan karena bisa dijadikan produk unggulan.
"Kami juga berterima kasih kepada KKN UPGRIS karena kulit rambutan yang selama ini tidak dimanfaatkan ternyata bisa bernilai ekonomis. Mudah-mudahan nantinya dapat menjadi produk unggulan dari ibu-ibu Desa Platar," ujarnya.