Solo (Antaranews Jateng) - Asosiasi Eksportir dan Produsen Handycraft Indonesia (Asephi) Soloraya menargetkan transaksi sebesar Rp2 miliar pada Pameran Kreasi Batik dan Craft 2018 yang dilaksanakan di Mal Paragon Solo dari tanggal 9-18 Februari.
"Target tahun ini lebih tinggi dibandingkan realisasi pameran yang sama tahun lalu, yaitu Rp1 miliar," kata Ketua Ashepi Soloraya Eko Suprihono pada pembukaan pameran di Solo, Jumat.
Ia berharap pameran tersebut dapat menggeliatkan kondisi pasar batik pada tahun ini mengingat pada tahun lalu kondisi pasar tidak terlalu baik.
"Tahun lalu kami menyelenggarakan pameran di Surabaya, sepi sekali. Meski demikian, kondisi pasar yang lesu tidak hanya terjadi di dalam negeri tetapi juga luar negeri, permintaan pasar asing tidak seperti biasanya," katanya.
Meski tidak menyebutkan angka penurunan tersebut, diakuinya, kondisi tersebut cukup membuat para pengusaha batik di Soloraya kalang kabut. Oleh karena itu, pihaknya berharap pameran yang diadakan di awal tahun ini dapat mendongkrak penjualan khususnya di dalam negeri.
"Bukan hanya pembeli eceran tetapi diharapkan banyak juga investor besar yang tertarik berkunjung ke pameran ini," katanya.
Sementara itu, dikatakannya, dari sebanyak 48 peserta yang mengikuti pameran tersebut, lebih dari 50 persennya adalah pengrajin batik, sedangkan selebihnya adalah pengrajin lain, seperti payung lukis dan kalung batu.
"Kami sengaja lebih banyak melibatkan pembatik karena Solo kan terkenal sebagai Kota Batik. Pengunjung dari luar Kota Solo kalau masuk ke Solo juga carinya batik," katanya.
Ia mengatakan yang menarik dari pameran kali ini adalah banyak motif dan desain batik yang kekinian dengan mengambil tema Valentine dan Imlek.
Salah satu konsumen, Siti Fatimah, mengaku senang dengan batik asli Solo. Selain karena motifnya bagus, harganya juga terjangkau.
"Saya paling suka motif kawung, biasanya kalau untuk oleh-oleh saya beli kain batik biasa yang harganya Rp50.000-100.000/lembar. Kalau untuk digunakan sendiri saya lebih suka batik tulis," katanya.
"Target tahun ini lebih tinggi dibandingkan realisasi pameran yang sama tahun lalu, yaitu Rp1 miliar," kata Ketua Ashepi Soloraya Eko Suprihono pada pembukaan pameran di Solo, Jumat.
Ia berharap pameran tersebut dapat menggeliatkan kondisi pasar batik pada tahun ini mengingat pada tahun lalu kondisi pasar tidak terlalu baik.
"Tahun lalu kami menyelenggarakan pameran di Surabaya, sepi sekali. Meski demikian, kondisi pasar yang lesu tidak hanya terjadi di dalam negeri tetapi juga luar negeri, permintaan pasar asing tidak seperti biasanya," katanya.
Meski tidak menyebutkan angka penurunan tersebut, diakuinya, kondisi tersebut cukup membuat para pengusaha batik di Soloraya kalang kabut. Oleh karena itu, pihaknya berharap pameran yang diadakan di awal tahun ini dapat mendongkrak penjualan khususnya di dalam negeri.
"Bukan hanya pembeli eceran tetapi diharapkan banyak juga investor besar yang tertarik berkunjung ke pameran ini," katanya.
Sementara itu, dikatakannya, dari sebanyak 48 peserta yang mengikuti pameran tersebut, lebih dari 50 persennya adalah pengrajin batik, sedangkan selebihnya adalah pengrajin lain, seperti payung lukis dan kalung batu.
"Kami sengaja lebih banyak melibatkan pembatik karena Solo kan terkenal sebagai Kota Batik. Pengunjung dari luar Kota Solo kalau masuk ke Solo juga carinya batik," katanya.
Ia mengatakan yang menarik dari pameran kali ini adalah banyak motif dan desain batik yang kekinian dengan mengambil tema Valentine dan Imlek.
Salah satu konsumen, Siti Fatimah, mengaku senang dengan batik asli Solo. Selain karena motifnya bagus, harganya juga terjangkau.
"Saya paling suka motif kawung, biasanya kalau untuk oleh-oleh saya beli kain batik biasa yang harganya Rp50.000-100.000/lembar. Kalau untuk digunakan sendiri saya lebih suka batik tulis," katanya.