Pertemuan antara Menteri Luar Negeri Indonesia Retno L.P. Marsudi dan Menlu Kamboja Prak Sokhonn di Jakarta, awal Februari lalu antara lain mencapai kesepakatan kerja sama promosi Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan Ankor Wat di Kamboja.

Dua situs warisan budaya dunia, Borobudur dibangun sekitar abad 8 masa Dinasti Syailendra, sedangkan Ankor Wat sekitar abad 12, masa Raja Suryawarman II, dipandang sebagai candi kembar atau "sister temple". Candi Borobudur bercorak Buddha, sedangkan Angkor Wat mulai abad 13 beralihfungsi dari peranan Hindu ke Buddha di negeri itu.

Kepala Wihara Mendut Biksu Sri Pannyavaro Mahathera bercerita tentang Raja Jayawarman berasal dari Dinasti Syailendra di Jawa yang memerintah Kerajaan Indrapura (Kamboja) pada 802-869, untuk menjelaskan pertalian antara Borobudur dan Ankor Wat.

Di salah satu gerbang pintu kompleks Wihara Mendut saat ini didirikan replika bagian Angkor Wat yang kemudian diberi nama Gapura "Hening Karta" untuk simbol cinta kasih, welas asih, apresiasi, dan keteguhan. Wihara dan Candi Mendut terletak sekitar tiga kilometer timur Candi Borobudur.

Kerja sama promosi candi kembar itu, tentu saja bukan sebatas untuk menarik sebanyak-banyaknya wisatawan, baik ke Borobudur maupun Ankor Wat.

Kementerian Pariwisata menargetkan jumlah wisman ke Borobudur secara bertahap, hingga 2019, sekitar dua juta orang. Selama 2017 Candi Borobudur dikunjungi sekitar 3,8 juta wisatawan, dengan tujuh persen di antaranya wisatawan mancanegara.

Angka wisman Candi Borobudur itu, tidak sebanding dengan kunjungan wisman ke Ankor Wat yang pada 2016 saja telah sekitar 2,5 juta orang. Sarana prasarana, pengelolaan situs dengan regulasinya, dengan posisi geografis serta demografi Kamboja yang berbeda dengan Borobudur, tentu mendukung untuk capaian jumlah kunjungan wisman ke Ankor Wat.

Angka wisman Ankor Wat itu hanya salah satu contoh untuk memperkuat optimisme pengelolaan Borobudur dalam meningkatkan kunjungan wisatawan pada masa-masa mendatang.

Sebagai bagian dari kerja sama bilateral Indonesia-Kamboja, posisi candi kembar Borobudur-Ankor Wat, juga memperkuat hubungan kebudayaan antara kedua negara. Kedekatan hubungan antarbudaya dan sejarah dua negara tentu berimbas kepada sektor lain, termasuk kepariwisataan, perekonomian, dan pendidikan.

Perlunya ke depan makin diperkuat kajian bersama tentang nilai-nilai situs Borobudur dan Ankor Wat. Begitu pula adanya kegiatan bersama yang lebih intensif menyangkut kedua candi kembar tersebut. Kebersamaan terkait dengan Borobudur-Ankor Wat makin mempererat jalinan kesamaan antara Indonesia-Kamboja.

Sedangkan bagi daerah di mana Borobudur berada, tentu diharapkan kepandaian mengambil manfaat atas kesepakatan promosi Borobudur-Ankor Wat. Kepandaian itu setidaknya telah dicontohkan oleh Wihara Mendut, di mana wisatawan Candi Mendut seakan tak hendak melewatkan kesempatannya untuk mengunjungi replika Ankor Wat dalam wujud Gapura "Hening Karta".


Pewarta : Hari Atmoko
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024