Semarang, ANTARA JATENG - Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal, Jawa Tengah memeriksa kondisi kesehatan semua warga, kerabat, hingga teman sekolah yang pernah melakukan kontak dengan pasien difteri asal daerah itu.

"Kami lakukan penyelidikan epidemologis (PE) menindaklanjuti adanya pasien difteri di Kendal," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Kendal Muntoha di Semarang, Kamis.

Hal tersebut diungkapkannya di sela rapat koordinasi dengan dinas-dinas kesehatan kabupaten/kota dan stakeholder terkait mengenai difteri yang berlangsung di Kantor Dinas Kesehatan Jawa Tengah.

Sebagaimana diwartakan, seorang pasien difteri berusia empat tahun asal Sambungsari, Kendal, Jateng, meninggal dunia karena kondisinya yang sudah parah ketika dirujuk ke rumah sakit.

Berbagai langkah penanganan sudah dilakukan, termasuk memberikan antidifteri serum (ADS) dan merencanakan trakeostomi karena selaput membran di tenggorokan sudah menutup saluran pernafasan.

Menindaklanjuti kasus difteri itu, kata dia, langkah PE dilakukan, termasuk pemeriksaan kondisi kesehatan terhadap keluarga dan warga setempat yang pernah melakukan kontak dengan pasien.

"Kebetulan, mendiang anak ini mobilitasnya tinggi. Jadi, kami lakukan pemeriksaan juga di pendidikan anak usia dini (PAUD) tempatnya sekolah untuk mengantisipasi risiko terpapar," katanya.

Namun, kata dia, hanya yang melakukan kontak dalam waktu kurang dari dua minggu sebelum pasien meninggal, tetapi jika sudah lewat dua minggu tergolong aman dari paparan bakteri difteri.

Selain itu, Muntoha mengatakan imunisasi ulang atau ORI (Outbreak Response Immunization) kepada seluruh anak yang ada di desa tersebut untuk melindungi dari potensi terpapar difteri.

Diakuinya, selama ini memang belum semua anak di kabupaten tersebut mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap, sebab ada sebagian kecil kelompok masyarakat yang menolak imunisasi.

Sementara itu, Kepala Dinkes Jateng Dokter Yulianto Prabowo mengatakan dengan imunisasi dasar secara lengkap setidaknya bisa melindungi anak dari paparan penyakit, seperti difteri.

"Ya, kalau toh terkena pun bersifat ringan dan bisa diatasi. Dari tiga kasus difteri yang kami temukan di Jateng, semuanya status imunisasi dasarnya tidak lengkap," katanya.

Mengenai ORI, ia mengatakan sejauh ini hanya dilakukan di satu desa yang ada di Kendal menindaklanjuti temuan kasus difteri di kabupaten tersebut yang pasiennya akhirnya meninggal dunia.

"Jadi, tidak dilakukan pada `all population`, melainkan dalam populasi terbatas yang mempunyai risiko tinggi. Meski dibanding daerah lain kasus difteri di Jateng lebih sedikit, kami tetap waspada," katanya.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor :
Copyright © ANTARA 2024