Magelang, ANTARA JATENG - Kota Magelang meraih penghargaan sebagai "Rating Kota Cerdas INdonesia (RKCI) 2017" untuk kategori kota kecil setelah hal serupa diterima pada dua tahun lalu.

"Kita pada tahun 2015 dulu menempati rangking pertama Kota Cerdas, sekarang kita tetap tempati rangking pertama. Capaian ini dari waktu ke waktu terus kita evaluasi, kita tingkatkan," kata Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito setelah menerima penghargaan yang diberikan langsung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan evaluasi tersebut untuk pengelolaan kota yang makin profesional dan memberikan manfaat sebesar-besarnya dalam pelayanan kepada masyarakat.

Tim Smart Citty and Community Innovation Centre (SCCIC) Institut Teknologi Bandung pada Agustus lalu melakukan proses penilaian menyangkut pemberian penghargaan tersebut.

Sigit dalam keterangan tertulisnya menyebut prestasi untuk Kota Magelang itu sebagai hasil kerja keras semua komponen masyarakat.

"Yang pasti, Pemkot Magelang akan terus berupaya mengelola kota dengan baik dan efisien. Agar warga masyarakat terlayani dengan baik," katanya.

"Rating Kota Cerdas Indonesia" diinisiasi oleh ITB untuk menumbuhkan perhatian mengenai "smart city" dengan melakukan pemeringkatan kota-kota berdasarkan inisiasi dan implementasi kota tersebut. Pemberian penghargaan itu setiap dua tahun sekali dan terbagi dalam tiga kategori, yakni kota besar, kota sedang, dan kota kecil.

Wapres Jusuf Kalla mengatakan banyak kota mempunyai permasalahan, sehingga penting dilakukan implementasi inovasi dan solusi atas berbagai masalah tersebut.

"Tentu kota cerdas wajib menyejahterakan dan membahagiakan masyarakat. Ingat kota cerdas itu kuncinya warga bahagia dan sejahtera. Keterlibatan masyarakat penting dalam membangun daerah masing-masing," katanya.

Ketua Panitia RKCI Suhono Harso Supangat mengatakan terkait dengan pemberian penghargaan tersebut, pada tahun ini 93 kota di Indonesia dievaluasi dan dinilai. Jumlah tersebut kemudian mengerucut menjadi 31 kota.

Penilaian itu, ujarnya, melibatkan 650 "surveyor". Mereka turun ke kota-kota untuk mengambil 400 sampel.

"Kriteria penilaian adalah bagaimana solusi dari kota untuk menyelesaikan persoalan di wilayah," katanya.

Ia menjelaskan tentang perbedaan kota cerdas dan "e-government" di mana e-govermnent fokus pada penerapan teknologi informasi komunikasi untuk meningkatkan kualitas layanan publik, terutama oleh institusi pemerintah, sedangkan kota cerdas fokus pada penerapan solusi cerdas (inovatif, terintegrasi, dan berkelanjutan) untuk diterapkan dalam menjawab tantangan-tantangan kota. (hms)


Pewarta : Hari
Editor :
Copyright © ANTARA 2024