Purwokerto, ANTARA JATENG - Kenaikan harga beras di pasaran menjadi salah satu pemicu inflasi pada Oktober di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, kata Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto Fadhil Nugroho.

"Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Banyumas, inflasi pada Oktober di Purwokerto sebesar 0,09 persen, sedangkan secara tahunan sebesar 4,1 persen," katanya di Purwokerto, Rabu.

Dengan perkembangan tersebut, kata dia, inflasi di Kota Purwokerto secara tahun berjalan sampai dengan Oktober sebesar 2,9 persen (year to date/ytd).

Dia mengatakan kontributor inflasi pada Oktober terutama berasal dari komoditas "volatile food" atau komponen bergejolak, yaitu beras, cabai merah, kacang panjang, dan ikan mujair.

"Beras menjadi penyumbang utama inflasi pada Oktober karena saat ini baru memasuki masa tanam sehingga ketersediaan pasokan beras agak berkurang. Pada periode ini, pasokan sayur-mayur juga relatif berkurang karena masih cukup derasnya hujan di beberapa lokasi," katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan pada bulan Oktober terdapat beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga menjadi penyumbang deflasi, yaitu bawang putih, daging ayam ras, bawang merah, labu siam, apel, kentang, dan telur ayam ras.

Dia mengakui sebelumnya Kota Purwokerto pada Oktober akan mengalami deflasi sebesar 0,10 persen karena berdasarkan hasil survei pemantauan harga (SPH), beberapa komoditas "volatile food" cenderung mengalami penurunan harga seperti bawang merah dan bawang putih.

Sementara untuk beras yang saat itu telah mengalami kenaikan harga, kata dia, diprediksi tidak berpengaruh signifikan terhadap pembentukan angka inflasi karena cukup banyaknya komoditas yang mengalami deflasi.

"Kami tidak menyangka bahwa kenaikan harga beras sampai akhir Oktober mencapai 5,7 persen, cukup tinggi. Semula kami prediksikan kenaikannya hanya 3 persen," katanya.

Menurut dia, BI Purwokerto juga tidak menyangka harga cabai merah mengalami kenaikan hingga 17,8 persen.

Fadhil mengatakan komoditas cabai-cabaian semula diprediksi sudah mulai mengalami penurunan harga.

"Akan tetapi ternyata mengalami kenaikan harga hingga 17,8 persen sehingga menyumbang inflasi sebesar 0,69 persen," jelasnya.


Pewarta : Sumarwoto
Editor :
Copyright © ANTARA 2024