Purwokerto, ANTARA JATENG - Peran mahasiswa dalam bernegara untuk
menjaga ketahanan nasional adalah suatu tuntutan karena mahasiswa
merupakan agen perubahan dan alat kontrol sosial, kata Sekretaris
Jenderal Dewan Ketahanan Nasional Letnan Jenderal TNI Nugroho Widyotomo.
"Mahasiswa `agent of change`, yaitu suatu tindakan yang membawa suatu keadaan dari kondisi yang kurang baik ke kondisi yang lebih baik, dan yang sudah baik menjadi lebih baik lagi.
Selalu dari pemikiran mahasiswa harus ada pemikiran hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, hari besok harus lebih baik dari hari ini," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu.
Nugroho mengatakan hal itu saat menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Peran Mahasiswa dalam Bela Negara adalah Bagian dari Menjaga Ketahanan Nasional" dalam acara Sidang Senat Terbuka dalam rangka Dies Nataslis Ke-54 Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto di Graha Widyatama Unsoed.
Oleh karena itu, kata dia, pemikiran-pemikiran yang individualisme dari mahasiswa seharusnya dibuang dan beralih pada pemikiran sosial dengan mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut dia, mahasiswa seharusnya berpikir untuk mengembalikan dan mengubah kondisi negara ini menjadi negara ideal dan mampu bersaing. Dalam kesempatan itu, dia menyebutkan lima nilai dasar dari bela negara, yakni cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, yakin pada Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara, dan kemampuan awal bela negara, baik psikis maupun fisik.
Menurut dia, upaya bela negara bukan hanya tugas dari TNI dan Polri, namun tugas semua komponen bangsa.
Ia mengatakan peran yang bisa diambil mahasiswa dalam upaya bela negara di antaranya turut memerangi bahaya narkoba, mewaspadai dan menolak keterlibatan dalam kelompok-kelompok yang membawa paham radikalisme di kampus, maupun ikut serta kontranarasi melalui media-media daring terhadap paham-paham radikal, ujaran kebencian, dan narasi-narasi yang memecah belah bangsa.
"Bela negara tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa dengan cara lain seperti belajar dengan rajin, tidak menyebarkan berita `hoax` dan ujaran kebencian, hidup bertoleransi, melestarikan budaya, memakai produk Indonesia, berprestasi mengharumkan nama bangsa di dunia internasional, serta menjaga nama baik bangsa dan negara," katanya.
"Mahasiswa `agent of change`, yaitu suatu tindakan yang membawa suatu keadaan dari kondisi yang kurang baik ke kondisi yang lebih baik, dan yang sudah baik menjadi lebih baik lagi.
Selalu dari pemikiran mahasiswa harus ada pemikiran hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, hari besok harus lebih baik dari hari ini," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu.
Nugroho mengatakan hal itu saat menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Peran Mahasiswa dalam Bela Negara adalah Bagian dari Menjaga Ketahanan Nasional" dalam acara Sidang Senat Terbuka dalam rangka Dies Nataslis Ke-54 Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto di Graha Widyatama Unsoed.
Oleh karena itu, kata dia, pemikiran-pemikiran yang individualisme dari mahasiswa seharusnya dibuang dan beralih pada pemikiran sosial dengan mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut dia, mahasiswa seharusnya berpikir untuk mengembalikan dan mengubah kondisi negara ini menjadi negara ideal dan mampu bersaing. Dalam kesempatan itu, dia menyebutkan lima nilai dasar dari bela negara, yakni cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, yakin pada Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara, dan kemampuan awal bela negara, baik psikis maupun fisik.
Menurut dia, upaya bela negara bukan hanya tugas dari TNI dan Polri, namun tugas semua komponen bangsa.
Ia mengatakan peran yang bisa diambil mahasiswa dalam upaya bela negara di antaranya turut memerangi bahaya narkoba, mewaspadai dan menolak keterlibatan dalam kelompok-kelompok yang membawa paham radikalisme di kampus, maupun ikut serta kontranarasi melalui media-media daring terhadap paham-paham radikal, ujaran kebencian, dan narasi-narasi yang memecah belah bangsa.
"Bela negara tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa dengan cara lain seperti belajar dengan rajin, tidak menyebarkan berita `hoax` dan ujaran kebencian, hidup bertoleransi, melestarikan budaya, memakai produk Indonesia, berprestasi mengharumkan nama bangsa di dunia internasional, serta menjaga nama baik bangsa dan negara," katanya.