Banjarnegara, ANTARA JATENG - Bupati Banjarnegara, Jawa Tengah, Budhi Sarwono optimistis budi daya perikanan menggunakan teknologi bioflok akan efektif sebagai salah satu upaya mengurangi angka kemiskinan.
"Saya optimistis sistem bioflok akan efektif dalam mengurangi angka kemiskinan," kata Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono di Banjarnegara, Minggu.
Untuk itu, pada 2018 Pemerintah Kabupaten Banjarnegara akan berupaya menambah jumlah masyarakat penerima bantuan program bioflok.
Bantuan tersebut, kata Bupati, diharapkan akan dapat memberikan sumber penghasilan bagi keluarga miskin.
"Kemiskinan merupakan salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan di Banjarnegara. Masih tingginya angka kemiskinan harus disikapi dengan berbagai cara," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Banjarnegara Singgih Haryono mengatakan, teknologi bioflok sangat berdampak positif untuk dikembangkan.
"Meskipun belum lama dikembangkan di Banjarnegara, namun budi daya perikanan model bioflok ini sangat tepat sebagai terobosan dalam rangka pengentasan kemiskinan karena praktis dan hasilnya cukup menguntungkan bagi pembudi daya ikan," katanya.
Dia menambahkan, Dinas Pertanian dan Perikaanan Banjarnegara, pada tahap pertama tahun 2016 telah memberikan bantuan sebanyak enam paket bagi warga kurang mampu di Desa Danaraja.
"Karena perkembangannya cukup baik, pada tahun berikutnya bantuan ditingkatkan menjadi 20 KK," katanya.
Dia menambahkan, pada anggaran perubahan juga akan di berikan bantuan tambahan bagi 20 KK miskin, di Kecamatan Pagedongan dan Banjarmangu.
"Bantuan modal yang diberikan berupa paket empat bak plastik, pakan, benih ikan, dan mikroba pengurai. Bantuan usaha ini kami fokuskan kepada rumah tangga miskin yang berada di sentra produksi ikan air tawar di Banjarnegara," katanya.
Sebelumnya, Kabid Perikanan, Dinas Pertanian dan Perikanan Banjarnegara, Yosep Andi Urip Sugiarto menjelaskan, teknologi bioflok mengadopsi sistem "Zero Water Discharge".
"Di Banjarnegara istilah ini kami ganti dengan sistim RGB atau Ra Ganti Banyu atau tidak perlu penggantian air," katanya.
Dengan demikian, kata dia, sistem yang diterapkan adalah budi daya secara intensif dengan padat tebar tinggi.
"Saya optimistis sistem bioflok akan efektif dalam mengurangi angka kemiskinan," kata Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono di Banjarnegara, Minggu.
Untuk itu, pada 2018 Pemerintah Kabupaten Banjarnegara akan berupaya menambah jumlah masyarakat penerima bantuan program bioflok.
Bantuan tersebut, kata Bupati, diharapkan akan dapat memberikan sumber penghasilan bagi keluarga miskin.
"Kemiskinan merupakan salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan di Banjarnegara. Masih tingginya angka kemiskinan harus disikapi dengan berbagai cara," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Banjarnegara Singgih Haryono mengatakan, teknologi bioflok sangat berdampak positif untuk dikembangkan.
"Meskipun belum lama dikembangkan di Banjarnegara, namun budi daya perikanan model bioflok ini sangat tepat sebagai terobosan dalam rangka pengentasan kemiskinan karena praktis dan hasilnya cukup menguntungkan bagi pembudi daya ikan," katanya.
Dia menambahkan, Dinas Pertanian dan Perikaanan Banjarnegara, pada tahap pertama tahun 2016 telah memberikan bantuan sebanyak enam paket bagi warga kurang mampu di Desa Danaraja.
"Karena perkembangannya cukup baik, pada tahun berikutnya bantuan ditingkatkan menjadi 20 KK," katanya.
Dia menambahkan, pada anggaran perubahan juga akan di berikan bantuan tambahan bagi 20 KK miskin, di Kecamatan Pagedongan dan Banjarmangu.
"Bantuan modal yang diberikan berupa paket empat bak plastik, pakan, benih ikan, dan mikroba pengurai. Bantuan usaha ini kami fokuskan kepada rumah tangga miskin yang berada di sentra produksi ikan air tawar di Banjarnegara," katanya.
Sebelumnya, Kabid Perikanan, Dinas Pertanian dan Perikanan Banjarnegara, Yosep Andi Urip Sugiarto menjelaskan, teknologi bioflok mengadopsi sistem "Zero Water Discharge".
"Di Banjarnegara istilah ini kami ganti dengan sistim RGB atau Ra Ganti Banyu atau tidak perlu penggantian air," katanya.
Dengan demikian, kata dia, sistem yang diterapkan adalah budi daya secara intensif dengan padat tebar tinggi.