Surabaya, ANTARA JATENG - Berambisi menghidupkan kembali Surabaya kota
pahlawan dengan menjadikan bangunan bersejarah ssebagai situs wisata,
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menginspeksi sejumlah bangunan cagar
budaya di kota yang dipimpinnya itu. Ini adalah terobosan positif kesian
kalinya yang dilakukan perempuan wali kota ini.
Di antara yang dia inspeksi adalah Rumah HOS Cokroaminoto, Gedung Nasional Indonesia (GNI), Monumen Tugu Pahlawan, Kampung Kraton dan Rumah W.R Soepratman.
"Dinas pariwisata sudah saya suruh untuk mendata monumen dan situs-situs yang bisa diangkat menjadi rujukan wisata," kata Risma di Gedung Nasional Indonesia, Jumat.
Menurut dia, inspeksi dilakukan demi menghidupkan kembali Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan dengan cara bangunan bersejarah dijadikan sebagai tempat pariwisata.
Dia berjanji akan menempuh beberapa pembenahan salah satunya di Jembatan Peneleh yang berdekatan dengan rumah sejarah HOS Cokroaminoto.
"Nanti jembatan tersebut akan dibuat untuk pejalan kaki, agar warga bisa langsung melihat atau berkunjung ke situs-situs bersejarah di zaman Mojopahit, salah satunya di Kampung Kraton," ujar Risma.
Khusus untuk kampung Kraton, lanjut Risma, tempat itu akan dijadikan sebagai cagar budaya karena baginya kampung itu unik. "Saya sudah mengkondisikan kepada teman-teman Dinas Pariwisata untuk merawatnya," kata dia.
Dengan diperhatikannya lokasi cagar budaya di Surabaya, Risma menargetkan pada 2018 semua situs dan monumen bersejarah sudah selesai dikerjakan. "Mengingat banyaknya agenda dan tamu internasional yang datang ke Surabaya, maka lokasi bersejarah ini bisa dijadikan sebagai tempat wisata baru bagi wisata lokal maupun internasional," ujarnya.
Ditanya soal jumlah monumen, Risma mengatakan ada banyak sekali monumen dan memiliki nilai sejarah. Ia kemudian sedikit bercerita sejarah Kota Surabaya sebelum kemerdekaan.
"Dulu Surabaya itu pusatnya kerajaan Majapahit yang memiliki nilai sejarah namun tidak banyak diketahui orang-orang, maka dari itu saya dan teman-teman akan menggali lebih dalam sejarah tersebut," kata Risma.
Di antara yang dia inspeksi adalah Rumah HOS Cokroaminoto, Gedung Nasional Indonesia (GNI), Monumen Tugu Pahlawan, Kampung Kraton dan Rumah W.R Soepratman.
"Dinas pariwisata sudah saya suruh untuk mendata monumen dan situs-situs yang bisa diangkat menjadi rujukan wisata," kata Risma di Gedung Nasional Indonesia, Jumat.
Menurut dia, inspeksi dilakukan demi menghidupkan kembali Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan dengan cara bangunan bersejarah dijadikan sebagai tempat pariwisata.
Dia berjanji akan menempuh beberapa pembenahan salah satunya di Jembatan Peneleh yang berdekatan dengan rumah sejarah HOS Cokroaminoto.
"Nanti jembatan tersebut akan dibuat untuk pejalan kaki, agar warga bisa langsung melihat atau berkunjung ke situs-situs bersejarah di zaman Mojopahit, salah satunya di Kampung Kraton," ujar Risma.
Khusus untuk kampung Kraton, lanjut Risma, tempat itu akan dijadikan sebagai cagar budaya karena baginya kampung itu unik. "Saya sudah mengkondisikan kepada teman-teman Dinas Pariwisata untuk merawatnya," kata dia.
Dengan diperhatikannya lokasi cagar budaya di Surabaya, Risma menargetkan pada 2018 semua situs dan monumen bersejarah sudah selesai dikerjakan. "Mengingat banyaknya agenda dan tamu internasional yang datang ke Surabaya, maka lokasi bersejarah ini bisa dijadikan sebagai tempat wisata baru bagi wisata lokal maupun internasional," ujarnya.
Ditanya soal jumlah monumen, Risma mengatakan ada banyak sekali monumen dan memiliki nilai sejarah. Ia kemudian sedikit bercerita sejarah Kota Surabaya sebelum kemerdekaan.
"Dulu Surabaya itu pusatnya kerajaan Majapahit yang memiliki nilai sejarah namun tidak banyak diketahui orang-orang, maka dari itu saya dan teman-teman akan menggali lebih dalam sejarah tersebut," kata Risma.