Semarang, ANTARA JATENG - Penukaran uang baru di Jawa Tengah mencapai Rp18,1 triliun atau 10 persen lebih tinggi dibandingkan prediksi awal sebenyak Rp17,8 triliun, kata pejabat Bank Indonesia.

"Khusus di Kota Semarang penukaran uang baru mencapai Rp7,8 triliun," kata Kepala BI Kantor Perwakilan Wilayah Jawa Tengah Hamid Ponco Wibowo di Semarang, Kamis.

Ia mengatakan untuk pecahan uang baru keluar yang paling tinggi yaitu pecahan Rp100.000. Berdasarkan data untuk pecahan tersebut komposisinya mencapai 59 persen, selanjutnya diikuti pecahan Rp50.000 sebesar 27 persen.

"Tingginya pecahan ini karena penarikan dari perbankan untuk mengisi ATM mereka," katanya.

Selanjutnya, untuk pecahan Rp20.000 komposisinya sebesar 4 persen, pecahan Rp10.000 sebesar 4 persen, dan pecahan Rp5.000 sebesar 3 persen. Sedangkan sisanya adalah uang baru pecahan lain yang lebih kecil.

Hamid mengatakan dari total uang baru yang beredar selama jelang Lebaran pada tahun ini, untuk pecahan rupiah tahun emisi 2016 mencapai Rp11 triliun. Menurut dia, angka tersebut meningkat sebesar Rp7 triliun jika dibandingkan dengan sebulan lalu yang mencapai Rp4 triliun.

Sementara itu, katanya, strategi penukaran uang baru yang pada tahun ini melibatkan sejumlah perbankan dipandang cukup efektif untuk mengurangi aktivitas penukaran uang di pinggir-pinggir jalan oleh masyarakat.

"Dengan kebijakan kami menempatkan penukaran uang baru di kantor bank ternyata cukup berhasil. Terlihat dari jumlah penjual uang relatif sedikit, jika dilihat jumlah mereka tidak sebanyak tahun lalu," katanya.

Ia mengatakan pada dasarnya Bank Indonesia tidak dapat melarang masyarakat untuk menukar uang di pinggir-pinggir jalan atau melarang praktik penukaran uang tersebut. Meski demikian, dengan strategi tersebut paling tidak bisa diminimalisasi keberadaannya.

Pewarta : Aris Wasita Widiastuti
Editor :
Copyright © ANTARA 2024