Semarang, ANTARA JATENG - Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyatakan bahwa Kota Semarang kehilangan sosok "Wagiman" (wali kota gila taman) dengan wafatnya mantan wali kota Soetrisno Suharto.
"Kami dari Pemerintah Kota Semarang menyampaikan duka cita mendalam atas kepergian tokoh besar yang pernah menjadi wali kota, Pak Soetrisno Suharto," katanya di Semarang, Sabtu malam.
Sebagaimana diwartakan, mantan Wali Kota Semarang Kolonel (Purn) Soetrisno Suharto yang menjabat dua periode sejak 1990-2000 meninggal dunia di RS Telogorejo Semarang, Sabtu, pada usia 77 tahun.
Semasa menjabat sebagai wali kota, kata Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi mengakui Soetrisno Suharto adalah sosok yang dikenal sangat memperhatikan keberadaan taman-taman di kotanya.
"Makanya, beliau kemudian dikenal dengan sebutan `Wagiman` atau wali kota gila taman. Beliau sangat memperhatikan betul pentingnya taman-taman yang ada di Kota Semarang," katanya.
Dari sosoknya, Hendi mengenal Pak Tris, demikian Soetrisno akrab disapa sebagai pribadi yang "low profile", merakyat, dan sebagai atasan tidak pernah memberi sekat dengan bawahannya.
Kebetulan, ia mengaku akrab mengenal dan sering bertemu Pak Tris ketika sudah menjabat sebagai wali kota, salah satunya dalam ajang halal bihalal yang setiap tahun digelar.
"Ya, beliau sangat dekat sekali dengan bekas anak-anak buahnya, sampai hafal satu persatu. Itulah yang selalu saya ingat dan kemudian terapkan, yakni tidak ada sekat dengan anak buah," katanya.
Selain itu, Hendi mengatakan Pak Tris pernah titip pesan agar dalam memimpin Semarang harus bijaksana, sebab Semarang berbeda dengan kota-kota lainnya sejak dari sejarah berdirinya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang Fajar Purwoto juga membenarkan sosok Pak Tris yang dikenal sebagai "Wagiman" ketika memimpin Kota Atlas pada masanya.
Fajar tahu persis kepemimpinan Pak Tris karena mulai berkarier sebagai PNS sejak 1992 di masa Wali Kota Soetrisno Suharto meski yang bersangkutan ketika itu belum mengenalnya secara dekat.
"Ayah saya adalah anak buah Pak Tris ketika di militer. Setelah Pak Tris purnatugas sebagai wali kota, saya baru berani sowan ke beliau. Sebab, ayah saya wanti-wanti, `Ojo golek jabatan`," katanya.
Bagi Fajar, Pak Tris adalah pribadi yang luar biasa dengan kesederhanaannya, kerendahhatiannya, humoris, dan tidak pernah memberikan sekat sebagai pimpinan dengan anak buahnya.
"Kami dari Pemerintah Kota Semarang menyampaikan duka cita mendalam atas kepergian tokoh besar yang pernah menjadi wali kota, Pak Soetrisno Suharto," katanya di Semarang, Sabtu malam.
Sebagaimana diwartakan, mantan Wali Kota Semarang Kolonel (Purn) Soetrisno Suharto yang menjabat dua periode sejak 1990-2000 meninggal dunia di RS Telogorejo Semarang, Sabtu, pada usia 77 tahun.
Semasa menjabat sebagai wali kota, kata Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi mengakui Soetrisno Suharto adalah sosok yang dikenal sangat memperhatikan keberadaan taman-taman di kotanya.
"Makanya, beliau kemudian dikenal dengan sebutan `Wagiman` atau wali kota gila taman. Beliau sangat memperhatikan betul pentingnya taman-taman yang ada di Kota Semarang," katanya.
Dari sosoknya, Hendi mengenal Pak Tris, demikian Soetrisno akrab disapa sebagai pribadi yang "low profile", merakyat, dan sebagai atasan tidak pernah memberi sekat dengan bawahannya.
Kebetulan, ia mengaku akrab mengenal dan sering bertemu Pak Tris ketika sudah menjabat sebagai wali kota, salah satunya dalam ajang halal bihalal yang setiap tahun digelar.
"Ya, beliau sangat dekat sekali dengan bekas anak-anak buahnya, sampai hafal satu persatu. Itulah yang selalu saya ingat dan kemudian terapkan, yakni tidak ada sekat dengan anak buah," katanya.
Selain itu, Hendi mengatakan Pak Tris pernah titip pesan agar dalam memimpin Semarang harus bijaksana, sebab Semarang berbeda dengan kota-kota lainnya sejak dari sejarah berdirinya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang Fajar Purwoto juga membenarkan sosok Pak Tris yang dikenal sebagai "Wagiman" ketika memimpin Kota Atlas pada masanya.
Fajar tahu persis kepemimpinan Pak Tris karena mulai berkarier sebagai PNS sejak 1992 di masa Wali Kota Soetrisno Suharto meski yang bersangkutan ketika itu belum mengenalnya secara dekat.
"Ayah saya adalah anak buah Pak Tris ketika di militer. Setelah Pak Tris purnatugas sebagai wali kota, saya baru berani sowan ke beliau. Sebab, ayah saya wanti-wanti, `Ojo golek jabatan`," katanya.
Bagi Fajar, Pak Tris adalah pribadi yang luar biasa dengan kesederhanaannya, kerendahhatiannya, humoris, dan tidak pernah memberikan sekat sebagai pimpinan dengan anak buahnya.