Semarang, ANTARAJATENG - Bank Tabungan Pensiunan Nasional melalui produk BTPN Wow yang digulirkan sejak Maret 2015 hingga kini mampu meraih sekitar 3,5 juta nasabah yang dilayani oleh sekitar 180.000 agen.
"Tahun depan kami akan memperluas pasar ke Indonesia timur sehingga layanan kami mencakup seluruh Nusantara," kata Executive Vice President Product dan Customer Experience Head Bank BTPN, Ahmad Nusjirwan Sugondo, di Semarang, Kamis malam.
Produk BTPN Wow yang merupakan skema Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) itu menyasar nasabah kalangan yang selama ini belum tersentuh oleh layanan perbankan.
Menurut Iwan, demikian Ahmad Nusjirwan Sugondo biasa disapa, saat ini sekitar 80 juta orang dewasa belum tersentuh layanan perbankan. Mereka adalah petani, nelayan, ibu rumah tangga, pedagang keliling, pekerja sektor nonformal, dan pelajar.
Selama pengalaman dua tahun lebih mengelola model bisnis tersebut, kata Iwan, berkembang pula kreativitas-kreativitas baru dari komunitas, nasabah, dan agen yang sebelumnya tidak terpikirkan.
Ia memberi contoh pengepul sampah di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, yang mampu menggandeng sekitar 1.400 nasabah, terutama dari kalangan pemulung sampah.
Penjual sampah itu tidak menerima uang tunai melainkan memasukkan hasil penjualannya ke rekening yang disimpan dalam telepon seluler nasabah.
"Dengan Rp2.000 saja bisa langsung dimasukkan ke rekening. Tanpa biaya, tanpa potongan," katanya.
Begitu pula di Provinsi Lampung. Dari sekitar 20.000 petani kopi binaan PT Nestle, BTPN melalui agen-agennya sukses menggandeng sekitar 15.000 petani kopi sebagai nasabah.
"Semua pembayaran oleh PT Nestle kepada petani binaannya pun melalui rekening BTPN Wow. Ada 50 pengepul yang menjadi agen BTPN Wow. Mereka berfungsi seperti cabang BTPN," katanya.
Saat ini, di Jawa Tengah terdapat 30.700 agen atau 18 persen dari total agen di Indonesia, dengan jumlah nasabah sebanyak 180.000 orang.
"Kita sebenarnya tidak menarget jumlah agen karena yang lebih penting bagaimana agen itu aktif. Agenlah yang menjalankan usaha BTPN Wow," demikian Iwan didampingi Nurul Kolbi dari Department Corporate Communication Bank BTPN.
"Tahun depan kami akan memperluas pasar ke Indonesia timur sehingga layanan kami mencakup seluruh Nusantara," kata Executive Vice President Product dan Customer Experience Head Bank BTPN, Ahmad Nusjirwan Sugondo, di Semarang, Kamis malam.
Produk BTPN Wow yang merupakan skema Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) itu menyasar nasabah kalangan yang selama ini belum tersentuh oleh layanan perbankan.
Menurut Iwan, demikian Ahmad Nusjirwan Sugondo biasa disapa, saat ini sekitar 80 juta orang dewasa belum tersentuh layanan perbankan. Mereka adalah petani, nelayan, ibu rumah tangga, pedagang keliling, pekerja sektor nonformal, dan pelajar.
Selama pengalaman dua tahun lebih mengelola model bisnis tersebut, kata Iwan, berkembang pula kreativitas-kreativitas baru dari komunitas, nasabah, dan agen yang sebelumnya tidak terpikirkan.
Ia memberi contoh pengepul sampah di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, yang mampu menggandeng sekitar 1.400 nasabah, terutama dari kalangan pemulung sampah.
Penjual sampah itu tidak menerima uang tunai melainkan memasukkan hasil penjualannya ke rekening yang disimpan dalam telepon seluler nasabah.
"Dengan Rp2.000 saja bisa langsung dimasukkan ke rekening. Tanpa biaya, tanpa potongan," katanya.
Begitu pula di Provinsi Lampung. Dari sekitar 20.000 petani kopi binaan PT Nestle, BTPN melalui agen-agennya sukses menggandeng sekitar 15.000 petani kopi sebagai nasabah.
"Semua pembayaran oleh PT Nestle kepada petani binaannya pun melalui rekening BTPN Wow. Ada 50 pengepul yang menjadi agen BTPN Wow. Mereka berfungsi seperti cabang BTPN," katanya.
Saat ini, di Jawa Tengah terdapat 30.700 agen atau 18 persen dari total agen di Indonesia, dengan jumlah nasabah sebanyak 180.000 orang.
"Kita sebenarnya tidak menarget jumlah agen karena yang lebih penting bagaimana agen itu aktif. Agenlah yang menjalankan usaha BTPN Wow," demikian Iwan didampingi Nurul Kolbi dari Department Corporate Communication Bank BTPN.