Jepara, ANTARA JATENG - Nelayan di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, diimbau tidak mengabaikan alat keselamatan melaut, khususnya jaket pelampung, sebagai antisipasi ketika terjadi kecelakaan di laut, kata Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) Pos SAR Jepara Wisnu Yuas.
"Kami optimistis ketika nelayan tidak mengabaikan jaket pelampung (life jacket) sebagai alat keselamatan melaut tersebut, jatuh korban saat terjadi kecelakaan laut bisa dikurangi," katanya di Jepara, Selasa.
Untuk itu, nelayan perlu memerhatikan pemakaian alat keselamatan melaut karena kasus hilangnya nelayan di Pulau Karang Bokor, Jepara, Senin (5/6), diduga karena tidak memakai jaket pelampung.
Nelayan yang menggunakan jaket pelampung, menurut dia, bila tercebur ke laut masih bisa selamat karena korban mengapung.
Terlebih lagi, kata dia, tak berselang lama ada nelayan lain yang melintas dan sempat memanggil korban sehingga peluang bisa diselamatkan cukup besar.
Hilangnya nelayan bernama Habibullah (35) warga Desa Karangaji, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara tersebut berawal ketika korban pada hari Senin (5/6) berangkat dari Desa Kedungmalang, Kecamatan Kedung pukul 06.00 WIB untuk mencari ikan.
Akan tetapi, sekitar pukul 09.00 WIB, perahu korban ditemukan nelayan lain dalam keadaan mesin masih hidup dan berputar.
"Saat didekati, ternyata perahu tersebut kosong," ujarnya.
Selanjutnya, kata dia, nelayan yang menemukan perahu tersebut meminta bantuan nelayan lain untuk menariknya ke tepian.
Perahu korban akhirnya bisa ditarik ke tepi Pantai Karangaji pukul 11.00 WIB.
Untuk memastikan keberadaan korban, akhirnya keluarga dan teman korban melakukan pencarian di lokasi ditemukannya perahu korban.
Dalam pencarian tersebut, kata Wisnu, tim Basarnas serta BPBD setempat juga turut diterjunkan. Namun, pencarian hari pertama masih nihil.
Pencarian pada hari Selasa (6/6) membuahkan hasil setelah korban ditemukan di Perairan Babalan turut Kabupaten Demak dalam keadaan meninggal dunia.
Jarak dari lokasi korban hilang dengan lokasi ditemukannya korban, menurut dia, sekitar 8 mil dengan waktu tempuh sekitar 2 jam.
"Kami optimistis ketika nelayan tidak mengabaikan jaket pelampung (life jacket) sebagai alat keselamatan melaut tersebut, jatuh korban saat terjadi kecelakaan laut bisa dikurangi," katanya di Jepara, Selasa.
Untuk itu, nelayan perlu memerhatikan pemakaian alat keselamatan melaut karena kasus hilangnya nelayan di Pulau Karang Bokor, Jepara, Senin (5/6), diduga karena tidak memakai jaket pelampung.
Nelayan yang menggunakan jaket pelampung, menurut dia, bila tercebur ke laut masih bisa selamat karena korban mengapung.
Terlebih lagi, kata dia, tak berselang lama ada nelayan lain yang melintas dan sempat memanggil korban sehingga peluang bisa diselamatkan cukup besar.
Hilangnya nelayan bernama Habibullah (35) warga Desa Karangaji, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara tersebut berawal ketika korban pada hari Senin (5/6) berangkat dari Desa Kedungmalang, Kecamatan Kedung pukul 06.00 WIB untuk mencari ikan.
Akan tetapi, sekitar pukul 09.00 WIB, perahu korban ditemukan nelayan lain dalam keadaan mesin masih hidup dan berputar.
"Saat didekati, ternyata perahu tersebut kosong," ujarnya.
Selanjutnya, kata dia, nelayan yang menemukan perahu tersebut meminta bantuan nelayan lain untuk menariknya ke tepian.
Perahu korban akhirnya bisa ditarik ke tepi Pantai Karangaji pukul 11.00 WIB.
Untuk memastikan keberadaan korban, akhirnya keluarga dan teman korban melakukan pencarian di lokasi ditemukannya perahu korban.
Dalam pencarian tersebut, kata Wisnu, tim Basarnas serta BPBD setempat juga turut diterjunkan. Namun, pencarian hari pertama masih nihil.
Pencarian pada hari Selasa (6/6) membuahkan hasil setelah korban ditemukan di Perairan Babalan turut Kabupaten Demak dalam keadaan meninggal dunia.
Jarak dari lokasi korban hilang dengan lokasi ditemukannya korban, menurut dia, sekitar 8 mil dengan waktu tempuh sekitar 2 jam.