Purwokerto, ANTARA JATENG - Peringatan Hari Tanpa Tembakau sedunia bisa menjadi momentum untuk berhenti merokok, kata Dosen Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman, Arif Kurniawan.
"Bahaya merokok bagi kesehatan sudah jelas, jadi gunakan momentum ini untuk berhenti merokok," kata Arif Kurniawan di Purwokerto, Rabu.
Dia menyebutkan, fakta telah membuktikan bahwa merokok dapat menyebabkan penyakit degeneratif, seperti jantung hingga kanker paru.
Efek kecanduan nikotin, kata dia, juga menyebabkan kerugian penurunan produktifitas kerja seseorang.
"Selain mengakibatkan ketergantungan, produktivitasnya tergantung pada rokok, kalau tidak merokok tidak bisa berpikir dan lain sebagainya," katanya.
Sementara itu, dia juga mengatakan momentum hari tanpa tembakau juga dapat dipergunakan untuk meningkatkan sosialisasi kepada generasi muda mengenai kerugian merokok.
"Kerugian merokok dapat menyebabkan risiko penyakit jantung pada usia 30-40 tahun," katanya.
Hal itu, tambah dia, karena kerusakan pembuluh darah, dan kondisi tersebut dapat diperparah dengan pola makan yang rendah serat dan antioksidan.
"Di Indonesia sebenarnya banyak kota atau kabupaten yang telah menetapkan kawasan tanpa rokok dalam bentuk peraturan daerah, hanya dalam implementasinya butuh proses, kecuali dalam perda tersebut ada sanksi hukum yang membuat jera orang yang merokok di kawasan tanpa rokok," katanya.
Sementara itu, dia juga menambahkan, peringatan hari tanpa tembakau dapat dipergunakan untuk meninjau draf RUU Pertembakauan yang masih menimbulkan pro dan kontra.
"Peringatan hari tanpa tembakau daapat menjadi momentum bagi pemerintah untuk meninjau draf RUU," katanya.
Hari Tanpa Tembakau Sedunia diperingati setiap 31 Mei bertujuan untuk menarik perhatian dunia mengenai menyebarluasnya kebiasaan merokok dan dampak buruknya terhadap kesehatan.
Gerakan ini menyerukan para perokok agar tidak merokok selama 24 jam serentak di seluruh dunia.
"Bahaya merokok bagi kesehatan sudah jelas, jadi gunakan momentum ini untuk berhenti merokok," kata Arif Kurniawan di Purwokerto, Rabu.
Dia menyebutkan, fakta telah membuktikan bahwa merokok dapat menyebabkan penyakit degeneratif, seperti jantung hingga kanker paru.
Efek kecanduan nikotin, kata dia, juga menyebabkan kerugian penurunan produktifitas kerja seseorang.
"Selain mengakibatkan ketergantungan, produktivitasnya tergantung pada rokok, kalau tidak merokok tidak bisa berpikir dan lain sebagainya," katanya.
Sementara itu, dia juga mengatakan momentum hari tanpa tembakau juga dapat dipergunakan untuk meningkatkan sosialisasi kepada generasi muda mengenai kerugian merokok.
"Kerugian merokok dapat menyebabkan risiko penyakit jantung pada usia 30-40 tahun," katanya.
Hal itu, tambah dia, karena kerusakan pembuluh darah, dan kondisi tersebut dapat diperparah dengan pola makan yang rendah serat dan antioksidan.
"Di Indonesia sebenarnya banyak kota atau kabupaten yang telah menetapkan kawasan tanpa rokok dalam bentuk peraturan daerah, hanya dalam implementasinya butuh proses, kecuali dalam perda tersebut ada sanksi hukum yang membuat jera orang yang merokok di kawasan tanpa rokok," katanya.
Sementara itu, dia juga menambahkan, peringatan hari tanpa tembakau dapat dipergunakan untuk meninjau draf RUU Pertembakauan yang masih menimbulkan pro dan kontra.
"Peringatan hari tanpa tembakau daapat menjadi momentum bagi pemerintah untuk meninjau draf RUU," katanya.
Hari Tanpa Tembakau Sedunia diperingati setiap 31 Mei bertujuan untuk menarik perhatian dunia mengenai menyebarluasnya kebiasaan merokok dan dampak buruknya terhadap kesehatan.
Gerakan ini menyerukan para perokok agar tidak merokok selama 24 jam serentak di seluruh dunia.